Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan riset data dan analitik Nielsen melaporkan total belanja iklan pada tahun 2021 mencapai Rp259 triliun, naik 13 persen jika dibandingkan dengan 2020.
Torehan belanja iklan itu dihitung berdasarkan angka gross rate card di sejumlah media, seperti TV, cetak, radio, dan digital.
Product Lead Ad Intel & Outdoor Nielsen Tri Susanti Simangunsong mengatakan, jasa daring seperti e-commerce, transportasi daring, pembayaran, hingga travel agent daring mencatatkan belanja iklan lebih dari Rp42 triliun, atau naik 60 persen dibandingkan dengan 2020.
“Melihat terakselerasinya media digital selama pandemic Covid-19, dan ada kemungkinan besar kebiasaan ini, menggunakan jaringan internet dalam banyak aspek kehidupan terus diadopsi oleh masyarakat, kategori online service ini akan tetap menjadi salah satu iklan terbesar,” kata Tri melalui surat elektronik (Surel), Rabu (19/1/2022).
Berdasarkan data yang diolah Nielsen hingga akhir 2021, belanja iklan pada sektor jasa daring mencapai Rp42,8 triliun, naik 67 persen dari 2020 di posisi Rp25,6 triliun.
Pencatatan lain yang naik signifikan disusul produk kopi dan teh sebesar Rp9,4 triliun, naik 15 persen dari 2020 yang sebesar Rp8,2 triliun.
Selain itu, Nielsen mencatat, produk perawatan rambut dan wajah mengalami kenaikan masing-masing sebesar 6 persen dan 5 persen pada 2021.
Nilai belanja iklan produk perawatan rambut mencapai Rp12 triliun pada 2021, naik tipis dari 2020 sebesar Rp11,3 triliun. Sementara itu, nilai belanja produk perawatan wajah sebesar Rp13,3 triliun, naik dari posisi Rp12,6 triliun pada 2020.
Hanya saja, nilai belanja iklan untuk partai politik dan sektor pemerintah terkoreksi mencapai 4 persen pada 2021. Adapun, nilai belanja pada sektor itu tercatat sebesar Rp9,8 triliun, turun dari posisi Rp10,2 triliun di 2020.
Tri memproyeksikan belanja iklan pada 2022 bakal bergerak positif seiring dengan meningkatnya cakupan vaksinasi di tengah masyarakat. Dia pun berharap, torehan vaksinasi dapat meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha untuk belanja iklan pada tahun ini.
“Jika kondisi positif ini terus dapat berjalan, kemungkinan besar iklan media juga dapat menunjukkan tren positif di 2022,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto memproyeksikan nilai belanja iklan atau advertising expenditure perusahaan mengalami peningkatan 8–10 persen pada 2021 jika dibandingkan dengan 2020. Torehan itu menjadi tren positif pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.
Perusahaan riset media Nielsen sempat mencatat nilai belanja iklan pada 2020 ditutup naik hingga Rp299 triliun di seluruh media yang dimonitor, seperti televisi (TV), media cetak, radio, dan digital. Capaian tersebut naik dibandingkan dengan realisasi 2019 yang berjumlah Rp182 triliun.
“Secara umum bisnisnya ada peningkatan bisa mencapai 8–10 persen dibandingkan dengan 2020, mostly itu terjadi di media digital,” kata Tanoe melalui sambungan telepon, Rabu (19/1/2022).
Tanoe mengatakan, belanja iklan perusahaan naik mencapai 40 persen pada lini media digital jika dibandingkan dengan torehan di 2020. Secara sektoral, perusahaan e-commerce dan farmasi tercatat mengalokasikan biaya iklan yang relatif besar sepanjang 2021.
Menurut dia, tren positif bisnis iklan itu bakal berlanjut di 2022. Dia mengatakan, proyeksi itu menunjukkan sinyal positif pemulihan ekonomi domestik pada tahun ini.
“Ini menandakan pemulihan ekonomi dunia usaha, perusahaan sudah menemukan saluran-saluran digital yang baru,” tuturnya.