Bisnis.com, JAKARTA — Belanja iklan e-commerce diperkirakan masih melaju tinggi pada tahun ini momentum pemulihan ekonomi nasional.
Adapun, perusahaan e-commerce yang berfokus pada produsen dinilai bakal menahan laju belanja iklan mereka pada 2022. Sebaliknya, torehan belanja iklan e-commerce yang berfokus pada konsumen tetap dipatok tinggi tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan torehan belanja iklan sepanjang 2021 sudah relatif positif jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Indikasinya, kata dia, terjadi peningkatan komunikasi ihwal e-commerce itu di sejumlah kanal informasi. Hal itu tentu berkaitan dengan tingginya kegiatan transaksi di lokapasar daring itu.
“Mereka yang fokus di merchant kemungkinan tidak akan menaikkan belanja iklan. Sementara untuk buyer, tentu mungkin memilih kenaikan belanja iklan,” kata Bima melalui pesan WhatsApp, Rabu (19/1/2022).
Kendati demikian, dia mengatakan belanja iklan sektor e-commerce akan mengikuti perkembangan perekonomian nasional. Dia berharap situasi perekonomian dalam negeri dapat kembali pulih seiring dengan pengendalian pandemi Covid-19.
Menurut dia, belanja iklan menjadi investasi krusial bagi perusahaan e-commerce untuk meningkatkan jumlah kunjungan pembeli ke platform lokapasar mereka. Selain itu, belanja iklan juga ditujuan untuk meningkatkan eksposur suatu brand di media konvensional ataupun daring.
Baca Juga
“Peningkatan share of voice ini selain bisa berdampak ke peningkatan traffic pembeli, juga bisa membuat platform lokapasar lebih menarik bagi para calon penjual, termasuk UMKM, untuk membuka bisnis di platform lokapasar tersebut,” kata dia.
Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, Nielsen mencatat nilai belanja iklan 2020 justru ditutup naik hingga Rp229 triliun di semua media tipe media yang dimonitor, yakni televisi, cetak, radio dan digital. Capaian tersebut naik dibandingkan dengan realisasi 2019 yang berjumlah Rp182 triliun.
Direktur Eksekutif Nielsen Ad Media Hellen Katherina mengatakan belanja iklan sudah menunjukkan pola pemulihan pada semester II/2020. Data Nielsen mengungkapkan lima kategori pengiklan terbesar masih menaikkan angka belanja iklannya pada kuartal IV/2020.
"Kategori memilih untuk menaikkan belanja iklan adalah produk online service seperti e-commerce, pemerintah dan partai politik, produk perawatan wajah, rokok, dan produk perawatan rambut," ujarnya.
Kendati demikian, dia tidak menampik ada sejumlah kategori yang menurunkan bujet untuk belanja iklan tahun lalu. Kategori tersebut a.l. biskuit, kopi dan teh, pasta dan sikat gigi, iklan korporasi, dan sabun.
Adapun, televisi masih menjadi ruang beriklan paling dominan, yakni di atas 70 persen. Tahun lalu, walaupun secara persentase berkurang, kumulatif belanja iklan di medium televisi tumbuh 20 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.