Bisnis.com, JAKARTA - Goldman Sachs Group Inc., memprediksi Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada tahun 2022 dan akan mulai mengurangi neraca keuangan pada Juli.
Dilansir Bloomberg pada Senin (10/1/2022), dalam sebuah catatan, ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius mengatakan kemajuan pesat pada pasar tenaga kerja AS dan sinyal hawkish dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 14-15 Desember menunjukkan normalisasi yang lebih cepat.
“Oleh karena itu, kami memajukan perkiraan limpasan kami dari Desember hingga Juli, dengan risiko miring ke sisi yang lebih awal lagi,” kata Hatzius, Senin (10/1/2022).
Menurutnya, inflasi mungkin masih jauh di atas target pada saat itu. Dia meyakini pengurangan neraca tidak akan menggantikan kenaikan suku bunga kuartalan. "Kami terus melihat kenaikan pada bulan Maret, Juni, dan September, dan [kami menambahkan] kenaikan pada Desember."
Imbal hasil obligasi melonjak secara global sejalan dengan surat utang negara AS karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve pertama pada era pandemi.
Dalam risalah rapat bulan Desember, pejabat The Fed mengisyaratkan bahwa mereka bersiap untuk bergerak lebih cepat dalam upaya untuk menjaga ekonomi AS agar tidak terlalu panas di tengah inflasi yang tinggi dan tingkat pekerjaan yang hampir penuh.
Baca Juga
Tingkat pengangguran AS turun di bawah 4 persen dan upah melonjak bulan lalu, menambah bukti pasar tenaga kerja yang ketat.
Perkiraan Goldman untuk kenaikan Fed Fund Rate tidak berubah pada 2,5 -2,75 persen.
“Bahkan dengan empat kenaikan, prediksi kami untuk suku bunga hanya sedikit di atas harga pasar pada 2022, tetapi gap akan tumbuh secara signifikan pada tahun-tahun berikutnya,” tulis Hatzius.
Pasar obligasi Australia sibuk menjual dan wabah omicron mendorong analis untuk memangkas lebih lanjut perkiraan pertumbuhan ekonomi negara.
Kekalahan Australia terjadi seiring dengan prediksi para pedagang soal kenaikan suku bunga, meskipun ekspektasi inflasi dalam ekonomi jauh di bawah level AS yang terus meningkat.
"Perbedaan kontras antara The Fed yang hawkish dan Reserve Bank of Australia yang lebih berhati-hati seharusnya berarti ada ruang untuk obligasi Australia untuk mengungguli," kata Andrew Ticehurst, ahli strategi suku bunga di Nomura Holdings Inc., di Sydney.
Kemunculan omicron membuat beberapa investor mungkin mempertimbangkan untuk kembali membeli obligasi, katanya.
Sementara itu Treasury terus mencatatkan penurunan denegan imbal hasil surat utang 5 tahun sebesaar 4 basis poin menjadi 1,54 persen, tertinggi dalam 2 tahun. Imbal hasil AS melonjak setelah rilis data upah bulan Desember.
Investor obligasi sedang dikejutkan secara global karena bank sentral mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan stimulus luar biasa di negara-negara maju.