Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian ESDM menetapkan harga batubara acuan (HBA) Desember sebesar US$159,79 per metrik ton. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) telah memprediksi penurunan ini.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menerangkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh kebijakan Xi Jinping beberapa waktu lalu. N
egara tersebut mengintervensi perusahaan tambang batu bara untuk meningkatkan produksi domestik. Upaya itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi di negaranya. Bertambahnya pasokan batu bara di negara itu juga akhirnya berpengaruh pada menurunnya harga di pasar internasional.
"Iya tentu semua sudah memprediksi. Kenaikan harga hingga diatas US$200 per metrik ton itu kan anomali, sehingga turunnya pun juga bakal cepat. apalagi sudah komitmen dari pemerintah China untuk menekan kenaikan harga," katanya kepada Bisnis, Rabu (8/12/2021).
Batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pada 5 Oktober 2021. Bursa ICE Newcastle mencatat perdagangan batu bara saat itu tembus US$272,5 per metrik ton. Setelah kebijakan China, harga langsung merosot. Di sisi lain, Hendra tetap optimistis harga batu bara Januari 2022 akan berada di atas US$100 per metrik ton.
"Sulit untuk memprediksi harga, tapi rasanya dikisaran di atas US$100 per metrik ton," terangnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Desember 2021 sebesar US$159,79 per metrik ton. Angka ini turun US$55,22 per ton dibandingkan harga acuan November yakni US$215,01 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan penurunan HBA ini dipengaruhi oleh intervensi kebijakan Pemerintah China dalam menjaga kebutuhan batu bara domestik negara itu.
"Pemerintah China telah meningkatkan produksi batu bara dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batubara domestik China serta kebijakan pengaturan harga batu bara oleh pemerintah setempat," katanya dalam keterangan resmi, Rabu (8/12/2021).
Dia menambahkan penurunan HBA bulan ini juga disebabkan oleh masih berlangsungnya krisis energi diikuti merangkaknya komoditas energi fosil di luar batubara. "Peralihan penggunaan batu bara global akibat melonjaknya harga gas dan minyak bumi mulai ter-recovery," jelasnya.