Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor Indonesia pada 2022 diperkirakan melandai dari capaian pada 2021. Hal itu disampaikan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah pada webinar, Jumat (3/12/2021).
Menurut Piter, kinerja ekspor yang tinggi pada tahun ini didorong oleh lonjakan harga komoditas. Hal tersebut mendorong neraca dagang kerap mencetak surplus. Akan tetapi, tren ekspor yang tinggi itu diperkirakan mulai menurun pada tahun depan.
"Kita masih meyakini kenaikan harga komoditas akan tetap bertahan pada 2022, walaupun tidak akan memecahkan rekor lagi. [Ekspor yang tinggi] akan tetap bertahan di level yang tinggi, namun melandai," jelas Piter.
Pada Oktober 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai US$22,03 miliar atau tumbuh 6,89 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 53,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Hal itu mendorong surplus pada periode tersebut sebesar US$5,73 miliar, rekor baru setelah posisi rekor surplus Agustus 2021 sebesar US$4,74 miliar. Surplus jumbo pada Oktober merupakan yang ke-18 kalinya sejak pertengahan 2020.
Piter memperkirakan tren tersebut akan mulai melandai tahun depan. Kendati demikian, ekspor yang tinggi akan masih mendukung proses pemulihan ekonomi Indonesia tahun depan.
Baca Juga
"Kita masih mengharapkan faktor ekspor masih akan membantu proses pemulihan ekonomi kita pada tahun 2022," jelasnya.
Dengan kinerja konsumsi masyarakat dan investasi yang diperkirakan semai pulih, serta kebijakan yang suportif dan akomodatif dari Bank Indonesia (BI), Piter memperkirakan pemulihan ekonomi 2022 akan berjalan dengan baik.
"Bahkan saya menyebut tahun 2022 itu adalah momentum untuk kita melakukan perbaikan ekonomi secara menyeluruh," tutupnya.