Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Batu Bara Masih Punya Kesempatan Hidup hingga 40 Tahun

Lebih dari separuh hasil batu bara Indonesia diekspor ke China dan India. Kedua negara ini menargetkan netral karbon pada 2060 dan 2070.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). /Antara Foto-Syifa Yulinnas
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). /Antara Foto-Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan batu bara diperkirakan masih naik meski muncul tekanan terhadap transisi energi di seluruh dunia.

Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) masih menyimpan optimisme pada peningkatan permintaan batu bara. Pertumbuhan ini terjadi, baik pada sisi ekspor maupun domestik. 

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa sekitar 75 persen dari total produksi dalam negeri diperuntukan bagi pasar ekspor. Sisanya 25 persen untuk memenuhi kebutuhan domestik. 

Sekitar 98 persen dari total ekspor dikirim ke negara Asia Pasifik. Dari jumlah ini sekitar 63 persen batu bara Indonesia diekspor ke China dan India. 

“Kami melihat perkembangan China dan India masih membutuhkan batu bara. Jadi kurang lebih 63 persen batu bara kita masih dibutuhkan,” katanya kepada Bisnis, Kamis (2/12/2021). 

Dia menjelaskan bahwa kenaikan permintaan diyakini dengan proyeksi perkembangan industri secara masif mulai tahun depan. Kondisi ini nantinya akan meningkatkan volume konsumsi listrik. Di sisi lain, batu bara akan terus meningkat. 

Adapun China telah mendeklarasikan diri untuk mencapai net zero emission (NZE) atau netral karbon pada 2060. India telah membidik periode yang lebih lama, yakni 2070. Oleh sebab itu, permintaan komoditas ini masih akan bertahan beberapa dekade.

“Jadi rasanya kalau melihat kebijakan mereka kita masih punya kesempatan 3–4 dekade ke depan,” katanya.

Meski begitu, perusahaan tambang bersiap menghadapi adanya kebijakan pengurangan permintaan dari sejumlah negara Asia Timur. Salah satunya Jepang dan Taiwan. Kebutuhan emas hitam di kawasan ini diperkirakan bakal meredup dalam satu dekade ke depan. 

“Tapi tetap masih butuh sekitar satu dekade ke depan, seperti Jepang, Taiwan,” tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper