Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) memperkirakan permintaan batu bara pada 2022 akan mengalami peningkatan sekitar 5 persen dibandingkan dengan tahun ini.
Wakil Ketua APBI Hendri Tamrin mengatakan bahwa transisi energi yang terlalu cepat malah meningkatkan permintaan terhadap sektor batu bara. Pasalnya, energi baru terbarukan (EBT) belum dapat menutupi kebutuhan energi yang diperlukan.
Di sisi lain, kenaikan permintaan turut ditopang oleh tingginya harga gas di Eropa. Walhasil batu bara menjadi pilihan terakhir untuk menjaga ketersediaan energi di kawasan. Komoditas itu pun diketahui merupakan bahan bakar energi paling murah.
“Tahun depan kami masih melihat kesulitan financing yang membuat produksi dari sisi suplai terganggu. Demand akan meningkat sekitar 5 persen,” katanya saat webinar Dampak Perubahan Iklim Terhadap Batu Bara, Rabu (1/12/2021).
Dalam beberapa tahun terakhir, kata dia, Eropa mengalami peningkatan kebutuhan LNG. Konsumsi gas di Benua Biru naik hampir 2 kali lipat. Data APBI menemukan bahwa saat ini kawasan itu mengonsumsi 80 juta ton LNG. Padahal pada 2018, konsumsi gas hanya sekitar 48 juta ton.
“Transisi yang sangat cepat ini membuat batu bara meningkat permintaannya, dan impor batu bara akan lebih tinggi dari tahun lalu.”
Sementara itu dari sisi harga, APBI memperkirakan bahwa harga batu bara tahun depan masih tetap kuat. Saat ini, bursa perdagangan batu bara masih cukup fluktuatif dengan kisaran harga US$150–US$170 per metrik ton.
Kementerian ESDM sendiri telah membidik produksi batu bara mencapai 625 juta ton hingga akhir 2021. Saat ini, realisasi produksi telah menembus 552,17 juta ton atau sekitar 88,35 persen dari target.
Dari jumlah itu, 487,5 juta ton ditargetkan untuk pasar ekspor. Akan tetapi, realisasi ekspor masih 267,26 juta ton, atau 54,82 persen dari target.
Hendri pun bersyukur Indonesia memiliki sikap politik yang baik di mata dunia. Hal itu didukung pula dengan letak geografis Indonesia, sehingga membuat negara pengimpor batu bara, seperti China dan India melirik Indonesia sebagai pemasok utamanya.
“Industri batu bara perlu didukung semua pihak supaya diberikan satu environment yang sangat mendukung, dalam arti kepastian investasi dan produksi,” terangnya.