Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kedelai Tahun Depan Naik, Kemendag Antisipasi Permintaan Impor

Saat ini harga kedelai ditenggarai masih turun, tetapi perkembangan di luar negeri komoditas tersebut sudah mengalami kenaikan.
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, BANDUNG — Tingginya harga crude palm oil (CPO) diprediksi mengerek harga komoditas kedelai di Indonesia pada 2022. Kementerian Perdagangan tengah menyiapkan sejumlah langkah agar kenaikan tidak berdampak besar.

Menteri Perdagangan M. Lutfhi mengatakan saat ini harga kedelai ditenggarai masih turun, tetapi perkembangan di luar negeri komoditas tersebut sudah mengalami kenaikan. Lutfhi menduga kondisi di luar negeri akan memicu pergerakan harga di tingkat dalam negeri. 

“Kami prediksi kemungkinan akan stabil tinggi, bahkan kalau curah hujan basah di Amerika Selatan ada kemungkinan naik, kita harus antisipasi,” tuturnya usai Rapat Koordinasi Nasional Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok di Hotel Preanger, Bandung, Senin (15/11/2021).

Kenaikan harga kedelai sendiri beriringan dengan CPO. Saat ini harga CPO internasional menurutnya belum mencapai titik tertinggi.

“Kita antisipasi akan bantu memberikan kebijakan-kebijakan yang membantu, agar harga tidak terlalu memberatkan,” ujarnya. 

Sementara itu, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oka Yuwana mengatakan kementeriannya masih berkomunikasi dengan para pengusaha kedelai mengingat rencana kenaikan tersebut agar diantisipasi. Menurutnya, para pelaku pasar harus mencermati perkembangan harga kedelai. 

“Kalau sekarang harga bagus, ambil. Kita informasikan lagi [bagus] begini. Kalau butuhkan impor ya impor,” katanya

Dengan masih tingginya ketergantungan pada kedelai impor, tidak memungkinkan bagi pemerintah untuk tidak menyiapkan opsi impor. Produksi kedelai dalam negeri saat ini belum bisa mencukupi kebutuhan pasar. “Dikatakan 80 persen kita kebutuhan masih impor, kalau 80 persen saya tutup nggak makan tempe,” ujarnya.

Namun, sebelum memutuskan impor ketersediaan kedelai dalam negeri akan dipastikan terlebih dahulu. Oka sendiri melihat para pengrajin tahu tempe saat ini ditopang stok kedelai yang cukup untuk 2-3 bulan ke depan. “Saya pastikan stok tersedia, saya pastikan banyak, 2-3 bulan sudah siap untuk kedelai,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper