Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha diminta untuk mengantisipasi risiko tertundanya pengiriman barang jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) akibat kongesti yang terjadi di pelabuhan global.
Pakar Maritim dari ITS Saut Gurning menjelaskan kongesti yang terjadi di pelabuhan global masih eksis dan mungkin akan mengubah potensi jadwal kedatangan kapal luar negeri ke dalam negeri dan akhirnya dampaknya juga ke berbagai feeder dan kapal pengumpan secara domestik. Kemungkinan besar akan mengubah window schedule frekuensi atau jadwal.
“Alternatif jadwal atau rencana layanan perlu diantisipasi kepada pengguna jasa atau semua yang terkait. Tentu ekspektasi masyarakat sebagai konsumen akhir semua antisipasi di atas tidak berdampak pada kenaikan biaya atau harga barang,” katanya, Senin (8/10/2021).
Saut juga mengharapkan potensi musiman akhir tahun bersama dengan situasi kongesti di pelabuhan luar negeri tidak menimbulkan inflasi bagi barang konsumsi, barang modal dan barang/aset kritikal industri, jasa dan masyarakat secara umum.
Menurutnya, menjelang natal dan tahun baru memang biasanya ada pola musiman akibat kegiatan sosial dan budaya yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya. Biasanya bahan atau barang konsumsi. Namun dalam periode akhir tahun 2020 lalu ada perubahan gejala kenaikan pengangkutan barang di luar komoditas berbasis konsumsi. Yaitu barang modal dan juga barang kritikal untuk operasi dan jasa.
Peningkatan tersebut mungkin didorong oleh usaha memperkuat stocking atau resourcing yang kerap terganggu oleh fluktuasi akibat disrupsi berbasi Covid-19. Industri lebih memilih melakukan early stocking berbagai komoditas atau barang modal untuk jaminan proses dan luaran produksinya.
Baca Juga
Demikian juga bagi industri jasa, sepertinya melakukan respon yang sama memilih untuk memenuhi kebutuhan untuk kepentingan suku cadang atau komponen utama bagi operasi jasanya. Dengan maksud supaya tidak terkendala proses perawatan akibat kesulitan mendapatkan komponen penting tersebut
“Karenanya kemungkinan potensi kenaikan sebesar 10-20 persen akan mungkin terjadi untuk pergerakan kontainer curah kering dan curah cair apabila lonjakan komoditas konsumsi, barang model produksi dan komoditas kritis menjadi pilihan,” imbuhnya.
Sementara untuk mengenai wilayah sumber barang, sepertinya pilihan berasal dari wilayah yang tidak terlalu jauh. Dominan dari Asia atau intra Asia. Jadi dominan short-haul di Asean atau regional di Asia Timur dan Asia Utara termasuk dari wilayah Australia dan Selandia Baru. Sementara wilayah destinasi masih didominasi wilayah hinterland wilayah konsumsi, manufaktur dan pengembangan infrastruktur di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali-Nusra.
Biasanya secara generik antisipasi operator pelayaran, pelabuhan dan forwarder adalah menaikan level kapasitas jasanya. Baik kuantitas dan kualitas armada kapal, alat, frekuensi atau jadwal, gudang dan alat angkut truknya.