Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menyatakan pembangunan infrastruktur minyak dan gas bumi (migas) masih akan tetap agresif di masa mendatang. Hal itu dilakukan agar bisa menopang peningkatan produksi yang telah dicanangkan untuk memenuhi pasokan dalam negeri.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji mengatakan bahwa aka nada 42 proyek hulu migas pada 2021–2027, dengan perincian 23 proyek offshore dan 19 proyek onshore.
Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menghasilkan 1,1 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/BOEPD) dengan investasi sekitar US$43,3 miliar. Ditargetkan, sejumlah proyek itu dapat menghasilkan pendapatan bagi pemerintah dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sebesar US$203 miliar.
Sementara itu di sisi hilir, pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) membangun kilang minyak baru dan peningkatan kapasitas pengolahan dari 1 juta barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari.
Pertamina juga akan meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak (BBM) dari 600.000 barel per hari menjadi 1,2 juta barel per hari. Infrastruktur tersebut pun ditargetkan bisa on stream pada 2022 hingga 2027.
Khusus untuk infrastruktur gas bumi, lanjut Tutuka, pemerintah membangun jaringan pipa gas Cirebon–Semarang sepanjang 260 kilometer, pipa gas Dumai–Sei Mangkei sepanjang 360 kilometer, serta membangun mini regas, FSRU/FSU, dan FRU untuk kawasan Indonesia Timur.
Baca Juga
“Pemerintah berupaya mengembangkan sistem LNG di pulau-pulau yang kecil. Sumber gasnya dari Bontang, Senoro, maupun Tangguh, dan dikirimkan ke lokasi-lokasi tersebut,” katanya melalui keterangan resmi, Senin (8/11/2021).
Infrastruktur lain yang dibangun adalah jaringan gas untuk rumah tangga (jargas). Hingga 2020 telah ada 535.555 sambungan rumah yang dibangun di 17 provinsi dan 54 kabupaten/kota dengan menggunakan APBN.
Untuk meningkatkan jumlah sambungan rumah yang terbangun, pemerintah juga berencana menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) mulai 2 tahun mendatang. Dengan skema itu diharapkan bisa membangun 1 juta sambungan rumah tiap tahunnya.
“Jargas ini merupakan proyek favorit masyarakat, karena mereka tidak perlu lagi repot membeli LPG tabung 3 kilogram. Program jargas dilaksanakan di daerah yang memiliki atau dekat dengan sumber gas, dengan tujuan supaya masyarakat mendapatkan akses energi yang mudah dan murah,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menjelaskan bahwa banyaknya lapangan migas yang berusia tua menjadi penyebab menurunnya produksi minyak bumi nasional dari tahun ke tahun.
Sementara itu, penurunan produksi gas bumi lebih disebabkan oleh terkendalanya sejumlah proyek yang sedang dikerjakan.
Pemerintah menargetkan produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 BSCFD pada 2030. Untuk mencapai produksi tersebut, upaya-upaya yang dilakukan antara lain peningkatan eksplorasi untuk penemuan besar, mempercepat chemical EOR, optimalisasi lapangan produksi existing, serta transformasi sumber daya kontijensi ke produksi.
“Kalau tidak dilakukan upaya-upaya agar produksi tidak turun. Pada 2030 bisa jadi produksi minyak hanya sekitar 300.000 barel per hari. Tapi di migas, kami selalu mengupayakan agar produksi meningkat. Strategi perlu dilakukan secara serius,” ucapnya.