Bisnis.com, JAKARTA — Selain menjadi tantangan, krisis energi di China, Eropa, dan India, juga merupakan peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa krisis energi menjadi pintu masuk Indonesia untuk mengajak sejumlah perusahaan merelokasi pabrik.
Kenaikan harga listrik sebagai imbas krisis energi, harga barang-barang di negara-negara terdampak menjadi terkerek dan tidak kompetitif. Di sisi lain, kelebihan pasokan energi di Indonesia dapat menjadi daya tawar bagi masuknya investasi asing.
"Energi kita oversupply, maka ini adalah kesempatan bagi industri yang ada di negara-negara itu untuk segera melakukan relokasi ke Indonesia," katanya dalam konferensi pers, Rabu (27/10/2021).
Peralihan dari bahan bakar fosil ke energi hijau terutama di Eropa menurut Bahlil menambah runyam kelangkaan energi yang terjadi.
Meski mengatakan tetap mendorong penerapan energi hijau yang berkelanjutan, Bahlil mengatakan upaya untuk mengekor tren dunia pada sektor tersebut harus dilakukan dengan bijak.
"Kita ini boleh saja mengikuti tren dunia, tapi jangan kita terlalu banyak menari di gendang orang, karena kita negara yg berdaulat, tetapi juga kita dorong konsep green energy," jelasnya.
Sementara itu, realisasi investasi di sektor pertambangan sampai dengan kuartal III/2021 mencapai Rp21 triliun, tumbuh 9,7 persen secara year-on-year.
Pertambangan menempati peringkat keempat sebagai kontributor realisasi investasi di kuartal tersebut. Selain pertambangan, sektor lain yang masuk lima besar yakni perumahan, kawasan industri, dan perkantoran (Rp28,1 triliun); industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Rp25,1 triliun); transportasi, gudang dan telekomunikasi (Rp26,6 triliun); dan jasa lainnya (Rp19,4 triliun).