Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan rasa senangnya karena semakin banyak masyarakat yang membahas dan menyoroti utang negara. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan tingginya atensi masyarakat terhadap keuangan negara.
“Sekarang semua orang ngurusin utang negara. Semua orang bicara mengenai itu. It is good, kita punya ownership terhadap keuangan negara,” ujar Sri Mulyani pada Minggu (24/10/2021).
Menurutnya, terdapat rasa kepemilikan masyarakat terhadap keuangan negara atas perhatian terhadap utang itu. Sri Mulyani menilai hal tersebut sebagai kemajuan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, khususnya ketika krisis ekonomi terjadi di Indonesia.
Dia mencontohkan bahwa saat krisis keuangan Asia pada 1997–1998, atau yang masyarakat Indonesia sebut sebagai krisis moneter, tidak banyak yang menyoroti anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Menurutnya, masyarakat menganggap kondisi keuangan taken for granted.
Lalu, saat krisis ekonomi global pun Sri Mulyani merasa perhatian masyarakat terhadap APBN kurang begitu besar. Oleh karena itu, banyaknya perbincangan terkait keuangan negara, khususnya utang di tengah pandemi Covid-19 membuat masyarakat turut mengawasi penggunaan APBN.
"Kalau hari ini banyak orang yang melihat kepada keuangan negara dengan sangat-sangat detail, itu saya senang banget," ujar Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Baca Juga
Pemerintah mencatatkan total utang negara Rp6.625,43 triliun. Per Agustus 2021, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) tercatat 40,85 persen.
Utang negara terbesar berasal dari penerbitan surat berharga negara (SBN) senilai Rp5.792,39 triliun, yang terdiri dari surat utang negara (SUN) senilai Rp3.693,18 triliun dan surat berharga syariah negara (sukuk) Rp824,53 triliun. Selain itu, terdapat penerbitan SUN valuta asing Rp989,27 triliun dan SBSN valas Rp285,4 triliun.