Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Solusi untuk Indonesia Hindari Krisis Energi

Salah satu kontributor krisis energi saat ini akibat mulai ditinggalkannya industri fosil oleh investor, bank, dan pasar modal karena mereka beralih ke energi hijau, sedangkan transisi energi justru belum siap.
Matahari terbenam di balik sistem derek pelabuhan dan turbin angin di Hamburg, Jerman. Eropa kini menghadapi krisis energi yang membuat harga gas meroket/neweurope.eu
Matahari terbenam di balik sistem derek pelabuhan dan turbin angin di Hamburg, Jerman. Eropa kini menghadapi krisis energi yang membuat harga gas meroket/neweurope.eu

Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan produksi dan persiapan kapasitas cadangan nasional menjadi upaya untuk menghindari krisis energi yang kini melanda beberapa negara di dunia.

Sekretaris Eksekutif I Kementerian Koordinator Perekomian Raden Pardede mengatakan salah satu kontributor krisis energi saat ini akibat mulai ditinggalkannya industri fosil oleh investor, bank, dan pasar modal karena mereka beralih ke energi hijau, sedangkan transisi energi justru belum siap.

"Indonesia harus well-planned karena krisis energi yang terjadi bagian transisi yang kurang matang dilakukan dunia. Kita perlu belajar mumpung masih ada waktu dan belum terjadi krisis energi," kata Raden Pardede dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Sabtu.

Dalam Strategi Raya Energi Nasional (GSEN), pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian nasional salah satunya meningkatkan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari dan akuisisi lapangan minyak di luar negeri untuk kebutuhan kilang.

Sepanjang 2019-2021, pencapaian nilai penggunaan produk dalam negeri (TKDN) terhadap biaya didominasi jasa dengan capaian sebesar 66 persen dan industri barang hanya 20 persen.

Sementara itu, pandemi Covid-19 telah mengoreksi penjualan industri penunjang lebih dari 50 persen. Pemerintah terus meningkatkan kandungan TKDN di industri hulu migas dengan menerapkan sejumlah strategi, di antaranya pengadaan bersama, asset/inventory transfer, sosialisasi penggunaan produk dalam negeri yang fit to purpose dan evaluasi rencana penggunaan barang impor.

Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi memaparkan bahwa industri hulu migas terus meningkat TKDN.

Dia menegaskan produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk mancanegara secara kualitas. Bahkan ada tambahan lain yang didapat dengan menggunakan produk dalam negeri, yaitu efisiensi yang terjadi pada kerja sama BBM dan pelumas sebesar Rp700 miliar per tahun.

Pada 2020, uji coba dan substitusi produk smooth fluid dalam negeri juga memberikan efisiensi sebesar US$300.000 per sumur. Selain itu, kerja sama penerbangan tahun lalu berhasil membukukan efisiensi sebesar Rp25,9 miliar per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper