Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Baja Dunia atau Worldsteel memperkirakan permintaan baja akan naik lagi pada tahun depan, meski lambat. Kanaikan tetap ada walaupun terjadi krisis energi yang semakin dalam mengancam pemulihan ekonomi global akibat pandemi.
Dilansir oleh Bloomberg pada Kamis (14/10/2021), konsumsi baja akan naik 2,2 persen menjadi 1.896 juta ton pada 2022, agak lebih lambat dibandingkan dengan tahun ini yang naik 4,5 persen. Penopang pertumbuhan bakal berasal dari luar China seiring dengan krisis real estat yang melemahkan permintaan.
Krisis energi dan kemacetan rantai pasok menimbulkan risiko bagi pemulihan. Produsen baja Eropa dipaksa untuk membatasi produksi karena biaya listrik yang melambung.
Baca Juga
Worldsteel memperkirakan rebound dalam produksi mobil akan melambat pada 2022, ditambah sektor ini terus mengalami kekurangan semikonduktor.
"Produsen mungkin merasakan dampak krisis energi tetapi permintaan terus berlanjut untuk sementara waktu. Kami tidak melihat penurunan permintaan yang signifikan, tetapi sangat mungkin di awal tahun baru kami akan melihat beberapa pengurangan permintaan," kata Direktur Jenderal Baja Dunia Edwin Basson dalam sebuah presentasi.
Permintaan baja global meledak pada tahun ini seiring dengan kontraktor dan manufaktur mulai aktif kembali. China khususnya menggunakan proyek konstruksi skala besar untuk mendorong pemulihan, memicu permintaan untuk logam tersebut.