Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kelangkaan pasokan batu bara yang menyebabkan krisis listrik di Benua Eropa, Rusia kini mendulang keuntungan sebagai destinasi favorit tetangganya.
Rubel Rusia telah naik lebih tinggi dibandingkan dengan mata uang pasar berkembang lainnya bulan ini, didukung oleh prospek pendapatan minyak yang lebih tinggi dan performa saham juga terlihat unggul.
Investor telah beralih ke aset para eksportir energi dari Rusia hingga Kolombia untuk menentukan penawaran yang terbaik.
“Harga energi akan tetap tinggi dan perusahaan di negara komoditas-eksportir akan mendapat keuntungan dari ketatnya suplai komoditas yang berhubungan dengan listrik," kata Ali Akay, Kepala Investasi indung Nilai Carrhae Capital, di London.
Kerusuhan di pasar energi telah menyoroti status Rusia sebagai negara adidaya minyak dan gas. Eksportir energi terbesar di dunia ini memiliki cadangan lebih dari US$600 miliar. Beban utangnya juga sangat rendah dan dapat mengelola kenaikan suku bunga untuk menjinakkan inflasi.
Dibandingkan dengan pasar berkembang lainnya, proyeksi pendapatan 12 bulan dari saham yang tercatat di Moscow telah naik 14 persen sejak paruh kedua tahun lalu.
Baca Juga
Sementara itu, perkiraan profit perusahaan di Arab Saudi naik 6,7 persen, hanya berubah sedikit di Asia, tetapi jatuh di Amerika Latin. Nilai perusahaan energi di negara berkembang juga masih sepertiga lebih murah dibandingkan dengan indeks yang lebih luas meskipun ada kenaikan belum lama ini.
Manajer keuangan Carrhae Capital telah beralih dari saham teknologi China ke perusahaan energi Rusia pada kuartal III/2021. Wells Fargo Asset Management juga memindahkan investasinya dari China ke Rusia.
JPMorgan Chase & Co., menambahkan posisinya pada Indeks Penyimpanan Rusia karena melihat komoditas dan minyak tetap menguat hingga akhir tahun.
"Kenaikan harga minyak akan memicu kenaikan pendapatan dan dividen pada saham energi yang menyumbang 59 persen dari indeks, dan memperkuat rubel sehingga juga akan memperkuat saham domestik yang [menyumbang] 25 persen ," tulis ahli strategi JPMorgan Chase & Co., Davide Silvestrini dalam sebuah laporan.
Sementara itu di Asia, Indonesia juga ikut mendulang untung dari kenaikan harga komoditas di mana arus saham asing melengkapi penghitungan mingguan terbesar mereka sejak Mei 2020 pada pekan lalu. Rupiah bahkan menjadi mata uang dengan performa terbaik di Asia bulan ini.