Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BP2MI Sebut Permintaan Pekerja Migran Indonesia Berangsur Membaik Tahun Ini

Berdasarkan data dari BP2MI terdapat 88.973 calon pekerja migran Indonesia (PMI) yang sudah terdaftar di SISKOP2MI.
Petugas perlindungan tenaga kerja (kanan) mendampingi sejumlah pekerja migran yang dideportasi dari Malaysia di Pelabuhan Internasional PT Pelindo I Dumai di Dumai, Riau, Sabtu (7/3/2020). Otoritas imigrasi Malaysia mendeportasi 30 pekerja migran Indonesia yang sudah menyelesaikan masa hukumannya dan ditahan di kamp orang asing Machap Umboo Melaka, kembali ke tanah air lewat Pelabuhan Dumai. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Petugas perlindungan tenaga kerja (kanan) mendampingi sejumlah pekerja migran yang dideportasi dari Malaysia di Pelabuhan Internasional PT Pelindo I Dumai di Dumai, Riau, Sabtu (7/3/2020). Otoritas imigrasi Malaysia mendeportasi 30 pekerja migran Indonesia yang sudah menyelesaikan masa hukumannya dan ditahan di kamp orang asing Machap Umboo Melaka, kembali ke tanah air lewat Pelabuhan Dumai. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyebutkan permintaan terhadap pekerja migran indonesia (PMI) dari negara mitra berangsur membaik seiring melandainya kurva pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Humas BP2MI Muhammad Hapipi mengatakan lembaganya tidak menetapkan target jumlah penempatan calon PMI pada tahun ini. Namun, Hapipi mengatakan, BP2MI tengah berfokus untuk mengirimkan kembali calon PMI yang keberangkatannya tertunda akibat pandemi tahun lalu.

“BP2MI tidak menargetkan jumlah penempatan tahun ini. Namun, memprioritaskan terlebih dahulu para calon PMI yang belum berangkat karena tertunda akibat pandemi, sama halnya dengan target devisa” kata Hapipi kepada Bisnis, Minggu (10/10/2021).

Berdasarkan data dari BP2MI terdapat 88.973 calon PMI yang sudah terdaftar di SISKOP2MI. Artinya mereka telah melalui proses tahapan-tahapan sebagai syarat untuk bekerja ke luar negeri, mulai dari registrasi, pelatihan, uji kompetensi, pemeriksaan kesehatan hingga kepemilikan visa.

Sampai dengan akhir Agustus 2021, jumlah penempatan PMI sudah mencapai 46.043 orang. Biasanya, realisasi penempatan PMI dapat mencapai 260.000 orang setiap tahunnya. Rendahnya realisasi penempatan PMI itu ditenggerai karena sejumlah negara favorit PMI masih menutup pintu masuknya seperti Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Brunei Darussalam dan Jepang.

“Kendala saat ini belum ada. Prioritas negara penempatan berbeda-beda, yang pasti mereka membutuhkan PMI, karena PMI kita dikenal rajin jika dibandingkan dengan pekerja dari negara penempatan lain,” kata dia.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia jumlah remitansi pada tahun 2019 sebesar Rp160 triliun. Hasil survei World Bank bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Bank Dunia diperkirakan ada sekitar 9 juta pekerja migran indonesia di luar negeri. Dengan demikian merujuk pada dua data itu, 88.973 Calon pekerja migran indonesia berpotensi menghasilkan devisa sekitar Rp1,5 Triliun.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) membidik peluang untuk mengirimkan kembali PMI berkeahlian khusus ke sejumlah negara mitra seiring pelandaian kurva pandemi di tingkat internasional.

Sekretaris Jenderal Kemenaker Anwar Sanusi mengatakan sejumlah negara itu di antaranya Jepang, Jerman dan sebagian Negara Timur Tengah. Adapun, Anwar mengatakan, kementeriannya tengah menjajaki sejumlah negosiasi dengan negara tersebut untuk dapat mengirimkan tenaga kerja dalam negeri.

“Kita melihat ada beberapa peluang terkait dengan pengiriman tenaga-tenaga kerja yang berkeahlian khusus ke beberapa negara seperti Jepang, Jerman dan beberapa Negara Timur Tengah,” kata Anwar kepada Bisnis, Minggu (10/10/2021).

Anwar menuturkan pasar tenaga kerja di negara itu masih relatif terbuka seiring pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 tiga semester terakhir. Dengan demikian, Kemenaker tengah meningkatkan keahlian teknis maupun bahasa dari calon PMI untuk dapat memenuhi permintaan pasar tenaga kerja tersebut.

“Untuk pengiriman yang konvensional kita juga sudah mulai membuka seperti ke Hongkong, untuk yang lainnya kita sedang menunggu kesepakatan terutama pandangan perihal perkembangan Covid-19,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper