Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendag Lutfi Ramal Supercycle Komoditas Berlangsung sampai September 2022

Kementerian Perdagangan memperkirakan fenomena supercycle yang memicu harga tinggi komoditas bisa berlangsung lebih lama dibandingkan dengan fenomena serupa pada 2011.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan memperkirakan fenomena supercycle yang memicu harga tinggi komoditas bisa berlangsung lebih lama dibandingkan dengan fenomena serupa pada 2011.

Situasi itu pun perlu diikuti dengan kebijakan yang tepat agar ekspor Indonesia bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan optimal.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan bahwa commodities supercycle 2011 bertahan sekitar 14 bulan sebelum harga komoditas berangsur normal.

Sementara itu, dia mencatat, supercycle komoditas selama pandemi Covid-19 mulai terlihat pada kuartal III/2020 yang ditandai dengan kenaikan harga signifikan pada minyak dan batu bara di tingkat global.

“Saya merasa kita akan menikmati momen supercycle antara 24–30 bulan. Kalau mulai dari September 2020, jika tidak ada aral melintang akan sampai September 2022,” katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (17/9/2021).

Lutfi mengemukakan, fenomena supercycle yang lebih panjang didorong oleh sejumlah faktor, seperti pemulihan ekonomi di berbagai negara yang memicu kenaikan permintaan komoditas.

Dia menuturkan, perubahan iklim yang mendisrupsi produksi sejumlah komoditas di beberapa negara turut memengaruhi durasi supercycle. Contohnya, harga gula dan kedelai yang stabil tinggi ketika seharusnya menunjukkan penurunan.

Meski demikian, Lutfi tidak memungkiri jika fenomena supercycle yang dipengaruhi permintaan bisa terdisrupsi kebijakan fiskal negara-negara maju.

Dalam situasi perekonomian bergerak ke arah positif, pemerintah di banyak negara juga akan mulai memangkas penyaluran stimulus yang berisiko turut menekan permintaan komoditas dan harga.

Karena itu, Lutfi menekankan bahwa pemerintah akan fokus pada kebijakan yang mendukung ekspor produk berbasis komoditas selama fenomena supercycle masih berlangsung, sehingga Indonesia bisa menikmati manfaatnya secara optimal.

“Kami juga mesti bersiap saat tapering terjadi dan supercycle berhenti, apa yang akan kami kerjakan. Saya melihat banyak yang bisa membantu kita, misalnya besi dan baja ,serta mobil yang akan naik terus [ekspornya],” tambahnya.

Selain itu, dia juga melihat peluang kenaikan ekspor pada produk-produk hasil investasi baru yang hadir di Tanah Air. Salah satunya adalah ekspor aluminium dan alumina ingot dari pabrik baru yang mulai beroperasi di Bintan, Kepulauan Riau, pada Agustus 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper