Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag Kasan Muhri memprediksi adanya kenaikan indeks manufaktur atau purchasing managers' index (PMI), setelah membaiknya kinerja impor produktif pada neraca perdagangan Agustus tahun ini.
“Kami hanya bisa sampaikan bahwa akan ada kenaikan indeks PMI tapi belum bisa pastikan levelnya apakah sudah pada fase ekspansif atau belum,” kata Kasan melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Rabu (15/9/2021).
Berdasarkan catatan BPS, nilai impor nonmigas Agustus 2021 yang mencapai US$14,63 miliar didominasi oleh golongan mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya mencapai US$2,2 miliar atau 14,99 persen serta mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya senilai US$1,89 miliar atau 12,80 persen.
Dilihat dari perkembangannya, kedua golongan barang HS 2 digit tersebut menjadi golongan barang yang mengalami peningkatan terbesar jika dibandingkan Juli 2021, yaitu senilai US$318,5 juta atau 16,99 persen dan US$165,7 juta atau 9,70 persen.
Selanjutnya diikuti oleh besi dan baja sebesar US$127,7 juta atau 13,94 persen, logam mulia dan perhiasan atau permata senilai US$112,8 juta atau 98,33 persen, dan buah- buahan mencapai US$77,6 juta atau 84,29 persen.
“Tentu ini mengindikasikan bahwa sektor riil khususnya industri manufaktur yang orientasi ekspor dan menggunakan bahan baku penolong asal impor kapasitasnya akan meningkat,” kata dia.
Dengan demikian, dia menggarisbawahi peningkatan kebutuhan bahan baku atau penolong ini bakal membantu pemulihan ekonomi nasional termasuk kinerja ekspor ke depannya.
“Karena ditopang oleh permintaan yang juga naik di negara-negara tujuan ekspor,” kata dia.