Bisnis.com, JAKARTA - PT Hutama Karya (Persero) menyatakan sedang mengembangkan teknologi baru dan efisiensi produksi terkait aspal karet di dalam negeri melalui anak usahanya PT Hakaaston (HKA). Perseroan menargetkan kualitas aspal karet dari penelitian tersebut akan lebih baik dari aspal besutan PT Pertamina (Persero).
Sekretaris Perusahaan HKA Aditya Nur Rahadi mengatakan aspal karet dapat menjadi produk masa depan dengan dukungan pemerintah. Menurutnya, beberapa karakteristik aspal karet telah lebih baik dari aspal yang biasa digunakan di dalam negeri, namun biaya produksi yang tinggi membuat produk tersebut jarang digunakan.
"HKA akan berinvestasi untuk teknologi baru dalam pengolahan aspal karet alam dengan proses produksi yang lebih efisien," katanya kepada Bisnis, Senin (13/9/2021).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat karet alam yang digunakan sebagai agregat aspal dalam konstruksi jalan hanya sekitar 6-20 persen. Namun demikian, biaya konstruksi dengan aspal karet terbilang tinggi lantaran jenis karet yang digunakan adalah lateks.
Seperti diketahui, mayoritas karet yang diproduksi oleh industri karet alam nasional adalah karet Standard Indonesia Rubber (SIR) 20. Adapun, kuantitas produksi karet lateks di dalam negeri minim. Alhasil, harga lateks pun jauh lebih mahal.
Lateks merupakan karet dengan ketebalan paling tipis dan umum digunakan sebagai bahan baku sarung tangan karet medis. Sementara itu, karet SIR 20 merupakan bahan baku dari produksi ban.
Baca Juga
Aditya menuturkan kualitas aspal karet saat ini telah lebih baik dari aspal biasa dari segi ketahanan temperatur dan keawetan. Selain itu, industri karet alam nasional menduduki peringkat lima dunia dari segi kuantitas.
Dengan kata lain, lanjutnya, langkah yang diambil perseroan sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam peningkatan konsumsi karet nasional. Aditya berpendapat aspal karet dapat digunakan dalam konstruksi jalan dan jembatan nasional.
Adapun, Kementerian PUPR telah mengeluarkan standar dan penilitian terkait penggunaan aspal karet pada 2018. Selain itu, pemerintah terus meningkatkan pembelian karet alam untuk dijadikan agregat aspal
Kementerian PUPR meningkatkan anggaran pembelian karet alam dari Rp120 miliar pada 2020 menjadi Rp130 miliar pada tahun ini. Namun demikian, Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) menilai strategi konstruksi aspal karet tersebut tidak efisien karena menggunakan karet lateks yang bernilai tinggi.
Sebelumnya, Direktur Pembangunan Jalan Kementerian PUPR Herry Vaza mengatakan bahwa pihaknya telah menerbitkan pedoman pengaspalan dengan tiga agregat alternatif, yakni skrap plastik, karet, dan slag baja. Walakin, pihaknya belum akan menggunakan agregat alternatif dalam pembukaan jalan baru.
Herry mengatakan Kementerian PUPR secara rutin membeli karet alam sebagai agregat pengaspalan di Pulau Sumatra.
Pembelian karet alam tersebut merupakan salah satu strategi Kementerian PUPR untuk mengungkit harga karet nasional. Akan tetapi,penggunaan karet sebagai agregat pengaspalan hanya memberatkan biaya produksi pengaspalan pemerintah.
"Sebenarnya karet itu [dalam pengaspalan saat ini] jumlahnya sangat kecil di dalam aspal, dan sebenarnya membebani biaya pengaspalan kalau kami jujur," ujarnya.
Herry menyatakan pihaknya saat ini sedang menunggu hasil penelitian Universitas Gajah Mada terkait teknologi pengaspalan agar dapat menggunakan karet jenis Standard Indonesian Ruber (SIR) 20.