Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Draf RUPTL 2021-2030: Porsi EBT Capai Lebih dari 50 Persen

Sebelumnya, Kementerian ESDM sempat menyatakan bahwa porsi pembangkit EBT dalam draf RUPTL 2021–2030 adalah sebesar 48 persen, sementara pembangkit fosil sebesar 52 persen.
Penampakan udara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sebira 400 kWp. /PLN Enjiniring
Penampakan udara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sebira 400 kWp. /PLN Enjiniring

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa porsi penambahan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021–2030 akan lebih besar dari porsi pembangkit listrik berbasis energi fosil.

Dalam perkembangan terakhir pembahasan terkait draf RUPTL 2021-2030, menurut Dadan, porsi pembangkit EBT akan meningkat menjadi 51,6 persen. Angka ini lebih besar dari perkiraan yang telah disampaikan.  

Sebelumnya, Kementerian ESDM sempat menyatakan bahwa porsi pembangkit EBT dalam draf RUPTL 2021–2030 adalah sebesar 48 persen, sementara pembangkit fosil sebesar 52 persen.

"Kami sedang finalisasi RUPTL yang disusun PLN. Kemarin ada panja [panitia kerja] di situ disampaikan PLN sudah siap dan disampaikan oleh dirut [PLN] bahwa posisi EBT menjadi lebih besar angkanya menjadi 51,6 persen," ujar Dadan dalam sebuah webinar, Kamis (19/8/2021).

Adapun, salah satu strategi pemerintah untuk mengejar target porsi bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 adalah dengan memprioritaskan percepatan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).  Hal ini lantaran potensi PLTS di Indonesia cukup besar, yakni mencapai 207 gigawatt (GW), energi surya tersedia di mana saja, keekonomian PLTS juga semakin baik, dan isu teknis terkait PLTS sudah tersedia solusinya.  

Dadan mengungkapkan, sementara ini rencana penambahan kapasitas PLTS dalam draf RUPTL 2021-2030 setidaknya mencapai sekitar 5 gigawatt (GW).

"Dari sisi kapasitas memang ini masih didiskusikan yang masuk RUPTL berapa GW, tapi angkanya sudah di 5 GW akan masuk di RUPTL untuk 10 tahun ke depan," katanya.  

Sejumlah upaya untuk mengakselerasi pengembangan PLTS antara lain, mendorong pengembangan PLTS terapung di atas waduk atau danau dengan potensi hingga 28 GW dan potensi kombinasi PLTS terapung dengan PLTA eksisting mencapai 11 GW, mendorong pengembangan PLTS atap, serta pengembangan PLTS skala besar oleh independent power producer (IPP).

Executive Vice President Divisi Energi Baru dan Terbarukan PT PLN (Persero) Cita Dewi menambahkan, rencana pengembangan EBT dalam 10 tahun ke depan akan terdiri atas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 9 GW, panas bumi 2,6 GW, aneka EBT yang di dalamnya termasuk PLTS, bioenergi, dan lainnya sebesar 5,9 GW, serta pembangkit baseload dan peaker sebesar 1,3 GW.

Menurutnya, rencana pengembangan kapasitas tersebut masih dinamis dan akan disesuaikan dengan RUPTL yang akan diterbitkan. Namun, dia menekankan bahwa kontribusi dari PLTS akan menjadi salah satu pilihan utama untuk meningkatkan EBT ke depan, selain PLTA.  

"RUPTL [2021-2030] nanti yang akan hadir adalah RUPTL yang lebih green yang porsinya lebih dari 50 persen dan memang di sana kontribusi EBT untuk penambahan sampai dengan 2030 sangat besar," kata Cita.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper