Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai kondisi di tahun depan masih cukup menantang untuk bisa meningkatkan produksi.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan bahwa pandemi Covid-19 yang masih belum selesai membuat kondisi di tahun depan masih cukup menantang untuk operasional industri hulu migas.
“Faktor decline rate yang masih dominan, tetapi barangkali akan kami genjot program kerja yang masih ada dan lebih agresif,” katanya kepada Bisnis, Rabu (18/8/2021).
Terkait dengan produksi minyak 1 juta barel pada 2030, dia mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan langkah-langkah korektif agar target tersebut masih dapat dicapai.
Penurunan produksi secara alamiah atau natural decline, katanya, masih menjadi tantangan sektor hulu migas untuk meningkatkan produksi di 2022.
Alhasil, pihaknya akan menjadikan upaya menahan penurunan laju produksi itu sebagai fokus yang akan dikerjakan dengan serius.
“Karena memang belum ada oil increase yang signifikan untuk mengompensasi natural decline, tetapi kalau gas akan lebih fleksibel,” jelasnya.
Seperti diketahui, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2022 pemerintah mematok target lifting 703.000 barel per hari minyak dan 1,03 juta barel gas setara minyak per hari.
Seiring dengan target pemerintah mencapai 1 juta barel pada 2030, target pada 2022 nyatanya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan target lifting minyak yang tertuang dalam dokumen Buku II Nota Keuangan Beserta RAPBN 2022, yaitu pada kisaran 680.000–705.000 barel per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
