Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyebut masih berharap ada aturan teknis daerah yang mengizinkan pabrik beroperasi secara penuh.
Hal itu mengingat industri TPT saat ini masuk pada sektor esensial yang hanya diperbolehkan beroperasi separuh dari kapasitas atau 50 persen, sedangkan banyak pabrikan yang harus mengejar target ekspor.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan pihaknya masih berharap usulan menjadi sektor kritikal bisa diterima saat ini. Namun, pihaknya menilai belum ada tanda-tanda berarti yang memungkinkan pabrikan TPT bisa beroperasi 100 persen.
"Kami masih menunggu aturan teknis meski kami lebih berharap varian Delta [Covid-19] ini tidak berlarut-larut. Saat ini sudah banyak order ekspor yang tertunda sehingga kami minta TPT dari hulu ke hilir bisa beroperasi kembali," katanya kepada Bisnis, Senin (26/7/2021).
Rizal menyebut pabrikan TPT juga berkomitmen menjaga protokol kesehatan secara ketat dengan target minimal vaksin karyawan sebesar 90 persen.
Sisi lain, Rizal juga menyoroti sejumlah aparat yang kerap berbeda intrepretasi dengan regulasi yang ada. Belum lagi, pemaknaan setiap kalimat baru dalam aturan PPKM menjadi persoalan baru yang harus dibahas industri alih-alih fokus pada kegiatan produksi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta secara langsung bahkan menyayangkan penanganan pandemi Covid-19 pemerintah daerah (Pemda) Jawa Barat khususnya dalam pengawasan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI).
"Jadi di Jawa Barat kemarin misal dalam sehari ada tiga shift, pabrik sudah mengurangi setengah dari hitungan tiga shift tersebut artinya satu shift hanya 33 persen kan, nah ini sama mereka minta dibagi dua lagi padahal di Banten masih oke," katanya.
Redma juga menyoroti dari sisi vaksinasi Pemda Jabar terbilang belum gencar membuka sentra untuk masyarakat.
Redma menyebut pihaknya juga memiliki unit produksi yang berhubungan dengan zat kimia. Artinya, jika harus dilakukan pengurangan karyawan lagi dari yang sudah diatur maka akan berbahaya.
Alhasil, pabrikan lebih memilih menghentikan produksi total ketimbang membahayakan pekerja. Apalagi, pembeli juga banyak yang menghentikan produksi mengingat tidak termasuk pada sektor esensial.
"Sebenarnya kami ada juga yang masuk kritikal tapi hanya khusus untuk penyedia bahan baku seperti APD dan masker. Jadi dua pekan kemarin utilisasi masih turun di bawah 20 persen," ujarnya.
Menurut Redma pastinya jika perpanjangan PPKM akan dilakukan hingga Agustus maka banyak produsen mengurangi produksi kembali. Pasalnya, stok normal hanya berlangsung dua minggu sedangkan saat ini stok sudah sampai tiga minggu menuju satu bulan.