Bisnis.com, JAKARTA - Real Estat Indonesia (REI) menyatakan rumah subsidi tetap diminati konsumen meskipun masih terjadi pandemi
Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia Paulus Totok Lusida mengatakan saat ini kuota rumah subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) telah habis. Dia berharap pemerintah dapat memberikan tambahan kuota lagi.
"Sementara kuota rumah subsidi untuk BP2BT masih ada. Jadi kendalanya kuota subsidi FLPP yang telah habis," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (15/7/2021).
Selain itu, saat ini kendala penjualan rumah subsidi yakni perbankan yang lebih selektif dalam memberikan pendaaan rumah subsidi.
"Kami mau bunga rumah subsidi floating saja karena single digit. Tapi tetep bebas pajaknya. Bank mestinya fleksibel saja," tuturnya.
Wakil Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon LP Napitupulu menuturkan minat membeli rumah, khususnya untuk rumah subsidi, masih tetap terjaga selama pandemi Covid-19. Permintaan juga masih tumbuh untuk rumah non subsidi dengan harga sekitar Rp300 juta.
Baca Juga
Hal ini dikarenakan rumah adalah kebutuhan pokok, apalagi permintaan rumah juga didorong adanya pernikahan setiap tahunnya.
"Walaupun pandemi orang tetap akan membeli rumah terutama untuk ditempati bagi pasangan baru, jadi yang mau beli rumah tetap ada," ucapnya.
Untuk diketahui, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalokasikan pembiayaan perumahan bersubisidi Tahun Anggaran (TA) 2021 untuk empat program.
Keempatnya adalah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), dan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
Rinciannya, alokasi FLPP sebanyak 157.500 unit senilai Rp 16,66 triliun dilengkapi SBUM senilai Rp630 miliar, BP2BT 39.996 unit senilai Rp1,6 triliun, dan Tapera dari dana masyarakat untuk 25.380 unit senilai Rp2,8 triliun.
Pada TA 2020 realisasi bantuan pembiayaan perumahan melalui FLPP sebanyak 109.253 unit dengan biaya Rp 11,23 triliun, SSB 90.362 unit senilai Rp 118,4 miliar, SBUM 130.184 unit senilai Rp 526,37 miliar dan BP2BT 1.357 unit senilai Rp 53,86 miliar.