Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020 mengalami defisit Rp947,70 triliun karena telah bekerja luar biasa keras di tengah pandemi Covid-19.
“Namun dari belanja ini kita melihat hasil pembangunan yang nyata dirasakan oleh masyarakat dan manfaaat dari belanja yang langsung membantu masyarakat,” katanya saat menyampaikan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN 2020 pada rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis (15/7/2021).
Sri Mulyani lalu memaparkan beberapa capaian pemerintah dari defisit yang setara dengan 6,14 persen dari produk domestik bruto tersebut. Negara telah membangun jaringan irigasi sepanjang 280,8 Km.
Bukan hanya itu, ada pula jalan baru sepanjang 280,18 Km, jembatan 7,66 Km, rel kereta api 452,3 Km, pemasangan jaringan gas 135.286 sambungan rumah di 23 kabupaten/kota, dan 45 bendungan.
“Di sisi pendidikan telah disalurkan bantuan untuk program Indonesia pintar untuk 16,18 juta siswa yang langsung mendapatkan dampak positif dari APBN,” jelasnya.
Di bidang kesehatan peran APBN sangat nyata. Sri Mulyani menuturkan bahwa selain menjaga 96,7 juta jiwa melalui jaminan sosial yang dibayar pemerintah, 53 juta jiwa pekerja bukan penerima upah dan bukan pejerja juga dapat bantuan
Baca Juga
“Di perlindungan sosial, APBN memberi 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM), kartu sembako ke 19,4 juta KPM, bantuan sembako di Jabodetabek 2,2 juta KPM, dan bantuan sosial tunan non-Jabodetabek 9,2 juta KPM,” ucapnya.
Dengan stimulus tersebut, tidak heran pemerintah mengklaim telah berhasil menahan dampak negatif dari Covid-19.
Hal tersebut juga didukung oleh hasil riset Asian Development Bank pada April. Di dalam riset itu disebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara di Asean.