Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021 telah bekerja keras dengan meningkatkan realisasi biaya negara dan responsif memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Penanganan Covid-19, terutama akselerasi vaksinasi dan pembatasan mobilitas akan menentukan laju pemulihan ekonomi yang membutuhkan mobilisasi dana dan sumber daya manusia SDM pusat hingga daerah yang sangat besar.
Dukungan pemerintah daerah melalui earmarked dana alokasi umum (DAU), dana bagi hasil (DBH), dana insentif daerah (DID), dan dana desa sangat penting dalam penanganan Covid-19 dan percepatan pemulihan ekonomi.
Sri Mulyani mengatakan, di tengah upaya keras menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi yang membutuhkan pembiayaan anggaran yang tidak sedikit, pemerintah melakukan pengelolaan pembiayaan anggaran secara hati-hati dan terarah dengan memanfaatkan saldo anggaran lebih (SAL) dalam rangka pengendalian defisit dan mengupayakan penurunan pembiayaan utang.
“Prognosis hingga semester II/2021, sekitar Rp219 triliun pembiayaan lebih rendah dari UU APBN. Ini hal yang bagus, kita mengurangi kenaikan utang yang semestinya Rp1.177 triliun menjadi Rp958 triliun. Ini terutama karena defisit APBN secara nominal diperkirakan lebih rendah, karena penerimaan negara kita bagus, belanja negara absorbsinya optimal dan kita lihat dari penggunaan SAL yang kita pakai secara optimal dalam situasi saat ini,” katanya seperti dikutip dari situs Kementerian Keuangan, Senin (12/7/2021).
Oleh karena itu, lanjutnya, instrumen APBN terus diperkuat untuk merespon dampak negatif peningkatan kasus Covid-19 kepada perekonomian. Dia menambahkan, ekspektasi pemulihan ekonomi perlu terus didorong.
Baca Juga
Namun, pengendalian pandemi termasuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi dan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 5M akan sangat menentukan laju pemulihan ekonomi ke depan.
APBN 2021 dilaksanakan secara responsif dan fleksibel sebagai instrumen utama dalam mendukung penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi nasional.
“APBN menjadi luar biasa penting mendorong ekonomi dan ini salah satunya ditunjukkan dengan belanja pemerintah yang menjadi motor penggerak di semester I ini,” jelasnya.
Dia menuturkan, strategi fiskal yang bersifat ekspansif dalam menjalankan kebijakan countercyclical untuk meningkatkan aktivitas ekonomi terlihat dari peningkatan realisasi pelaksanaan APBN sampai dengan semester I/2021.
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp886,9 triliun atau 50,9 persen dari target APBN tahun 2021. Angka ini tumbuh 9,14 persen dibandingkan tahun lalu.
Realisasi belanja negara mencapai Rp1.170,1 triliun atau meningkat 9,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan perkembangan pendapatan dan belanja negara tersebut, realisasi defisit anggaran semester I/2021 mencapai Rp283,2 triliun atau sebesar 1,72 persen terhadap PDB.