Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Beberkan Pemulihan Ekonomi Global Dibayangi 4 Risiko Ini

Risiko inflasi AS dan kecepatan vaksinasi menjadi bagian dari risiko yang patut diwaspadai, menurut Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tren pemulihan ekonomi global terus berlanjut, namun terdapat risiko yang masih harus diwaspadai secara bersamaan.

“Indonesia perlu dan terus melakukan langkah-langkah terutama memanfaatkan momentum pemulihan global dan nasional, namun di sisi lain terus meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi risiko,” kata Sri dalam konferensi pers ABPN KiTa secara virtual, Senin (21/6/2021).

Di sisi pemulihan global, Sri Mulyani memaparkan sejumlah faktor yang menurutnya dapat memberikan optimisme. Pertama, OECD dan World Bank menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2021 dan 2022 di tengah sentimen positif vaksinasi dan pulihnya berbagai indikator ekonomi.

Kedua, pulihnya perdagangan internasional yang ditandai oleh ekspansi PMI Manufaktur global tertinggi dalam 11 tahun terakhir, pada bulan Mei 2021 sebesar 56,0. Lalu, Baltic Dry Index atau pergerakan perdagangan internasional yang ditunjukkan dengan pengangkutan laut, juga konsisten pada level yang tinggi.

Ketiga, proyeksi ekonomi, pulihnya perdagangan internasional, dan meningkatnya aktivitas manufaktur berkontribusi pada harga komoditas yang secara umum terus naik. Misalnya, harga minyak dan batu bara sebagai komoditas utama Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan.

Keempat, pasar keuangan global cukup kondusif meskipun setelah pengumuman rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan seiring dengan meningkatnya inflasi di Amerika Serikat (AS). “Jadi ada hal positif, ada juga hal yang terus kita monitor dengan kewaspadaan,” ujar Sri.

Di lain sisi, dia memaparkan sejumlah risiko yang perlu diwaspadai di tengah tanda-tanda pemulihan ekonomi global. Pertama, munculnya berbagai varian baru Covid-19, yang menular lebih cepat hingga bisa menyasar ke anak-anak dan bahkan balita.

Kedua, kecepatan vaksinasi di luar dan dalam negeri yang masih timpang, dan akses vaksin yang belum merata. Dua hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi yang tidak seragam (uneven economic recovery).

Ketiga, risiko inflasi AS yang mencapai 5,0 persen pada Mei 2021 dapat menambah risiko normalisasi kebijakan moneter oleh The Fed lebih cepat, sehingga dapat berdampak pada suku bunga, nilai tukar, dan capital outflow.

“[Keempat], tentu kita juga perlu mewaspadai tren tersebut terhadap kenaikan biaya produksi karena jika terjadi dinamika akan memengaruhi kepada nilai tukar, capital flow, dan cost of fund,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper