Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Normalisasi Perdagangan Global Mulai Terlihat

Mengutip data BPS, ekspor Indonesia pada Mei 2021 turun 10,25 persen dibandingkan dengan April sehingga menjadi US$16,60 miliar.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan aktivitas ekspor dan impor pada Mei 2021 yang tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak mitra dagang RI. Fenomena ini dinilai ekonom sebagai sinyal akan adanya normalisasi perdagangan.

“Kalau kita lihat pada awal tahun banyak industri yang sudah menyiapkan bahan baku lebih banyak. Misalnya di China yang memborong kedelai dan di Indonesia untuk persiapan Ramadan dan Lebaran. Mungkin ini menunjukkan adanya kenaikan tinggi di awal dan kemudian normalisasi,” kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Selasa (15/6/2021).

Mengutip data BPS, ekspor Indonesia pada Mei 2021 turun 10,25 persen dibandingkan dengan April sehingga menjadi US$16,60 miliar.

Adapun, negara tujuan ekspor dengan penurunan terbesar adalah China senilai US$460,1 juta, Amerika Serikat sebesar US$329,8 juta, India dengan penurunan US$290,3 juta, Jepang dengan penurunan sebesar US$227 juta, dan Korea Selatan sebesar US$176,7 juta.

Penurunan serupa terlihat pula pada impor yang terkontraksi 12,16 persen menjadi US$14,23 miliar dibandingkan dengan April 2021. Penurunan impor terjadi akibat pemasukan barang dari China yang berkurang US$564,7 juta, dari Jepang US$316,2 juta, Amerika Serikat US$195,1 juta, impor dari Thailand turun US$192,9 juta, dan dari India turun US$165,6 juta.

“Selain itu ada pula kondisi di beberapa negara yang masih terganggu pandemi. Seperti India yang merupakan hub penting bagi ekspor ke Asia Selatan dan Timur Tengah. Biaya pengapalan yang belum pulih juga bisa menjadi salah satu faktor pemicu penurunan ekspor,” lanjutnya.

Bhima menyoroti pula kinerja impor yang cenderung turun dalam dua bulan terakhir meski PMI manufaktur Indonesia mencapai level ekspansif 54,6 pada April dan 55,3 pada Mei. Impor pada April misalnya, turun menjadi US$16,20 miliar dibandingkan dengan impor Maret yang mencapai US$16,79 miliar.

Penurunan berlanjut pada Mei dengan nilai US$14,23 miliar.  Nilai impor pada Mei 2021 cenderung menyamai nilai sebelum pandemi yang berkisar di angka US$13 sampai US$14 miliar.

“PMI memang naik, tetapi perlu dicermati yang mendorong ekspansi ini apakah industri berorientasi ekspor atau domestik. Saya kira lebih banyak didorong oleh industri berorientasi ekspor karena permintaan di dalam negeri belum pulih seutuhnya,” kata Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper