Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS Catat Neraca Perdagangan Mei Surplus Rp33,89 Triliun, Tertinggi di 2021

Selama 13 bulan beruntun, neraca perdagangan RI juga mengalami surplus. Adapun, surplus Mei 2021 ini merupakan surplus tertinggi sejak 2021.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)  Suhariyanto memberikan penjelasan mengenai inflasi Juni 2018 di Jakarta, Senin (2/7/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan penjelasan mengenai inflasi Juni 2018 di Jakarta, Senin (2/7/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$2,36 miliar atau sekitar Rp33,89 triliun pada Mei 2021.

Surplus yang berlanjut dari awal tahun terjadi di tengah musim libur Lebaran yang biasanya memicu defisit akibat lonjakan impor barang konsumsi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus ini lebih rendah dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$2,19 miliar.

"Kalau kita lihat pergerakan neraca perdagangan dari Januari hingga Mei 2021, maka kita lihat surplus Mei ini tertinggi sejak 2021," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam sesi live streaming di YouTube, Selasa (15/6/2021).

Selama 13 bulan beruntun, neraca perdagangan RI juga mengalami surplus. Ini merupakan prestasi yang harus dipertahankan, papar Kepala BPS.

Dari catatan BPS, angka ekspor mencapau us$16,60 miliar secara bulanan (month-to-month/mtm) turun 10,25 persen dan tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 58,76 persen.

"Ini terjadi karena ada kenaikan ekspor migas yang mencapai 66,99 persen," paparnya.

Adapun, penurunan ekspor secara bulanan merupakan hal yang biasa terjadi selepas Lebaran.

Berdasarkan sektornya, penurunan ekspor terjadi cukup dalam di sektor pertanian sebesar 30,06 persen secara mtm dipicu turunnya tanaman obat, aromatik dan rempah-rempah dan sarang burung.

Sementara itu, penurunan kedua terjadi di industri pengolahan sebesar 14,02 persen mtm. Meski demikian, pertumbuhan secara tahunannya sangat impresif sebesar 54,02 persen.

Sektor pertambangan pada Mei 2021 membukukan kenaikan ekspor sebesar 14,29 persen secara bulanan.

Menurut Suhariyanto, kenaikan ekspor pertambangan dipicu oleh tingginya permintaan dan harga batu bara yang melonjak.

Sementara dari sisi impor, nilainya US$14,23 miliar. Angkanya turun 12,16 persen secara bulanan dan naik signifikan sebesar 68,68 persen secara tahunan.

"Kenaikan ini dipicu kenaikan migas yang mencapai 213,61 persen," ungkapnya.

Peningkatan impor pada Mei ini karena adanya low base effect.

Menurut penggunaan barang, impor konsumsi turun 13,77 persen secara mtm dan naik 50,34 persen secara tahunan.

Barang modal juga tercatat turun 14,09 persen dan naik 35,28 persen secara tahunan. Bahan baku tercatat turun 11,60 persen secara bulanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper