Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis peluang ritel modern untuk memperluas bisnis masih lebar kendati aksi penutupan gerai masih jamak ditemui.
“Kebijakan restrukturisasi bisnis [termasuk penutupan gerai] adalah kebijakan internal. Kelihatannya seperti kehilangan investasi tapi saya yakin dalam rangka restrukturisasi mereka akan berinvestasi baru dan mungkin angkanya akan lebih besar. Jadi tetap akan mendorong lahirnya usaha ritel baru atau penguatan bisnis bentuk lainnya,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan ketika dihubungi, Kamis (27/5/2021).
Oke mencatat ritel berformat minimarket masih memimpin pertumbuhan selama pandemi dengan jumlah gerai yang terus bertambah. Sementara ritel dengan format toko besar memang cenderung mengurangi gerai sebagai langkah efisiensi dan sebagai dampak perubahan preferensi masyarakat.
“Tren perubahan preferensi masyarakat dalam berbelanja dari toko swalayan yang berformat besar ke toko swalayan yang berformat kecil memang sudah terlihat dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.
Berdasarkan data dari Nielsen (2021), pertumbuhan konsumsi Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di toko swalayan yang berformat besar seperti hypermarket dan supermarket pada 2019 mengalami penurunan sebesar 4,2 persen dan pada 2020 kembali terkoreksi 10,1 persen.
Sementara pertumbuhan konsumsi FMCG di toko swalayan yang berformat kecil pada 2019 mengalami kenaikan sebesar 12,3 persen dan pada masa pandemi Covid-19 pada 2020 tetap tumbuh sebesar 4,9 persen.
Baca Juga
“Data ini dapat diartikan bahwa saat ini masyarakat lebih suka berbelanja kebutuhan sehari-hari di toko swalayan yang berformat kecil karena lokasinya lebih dekat dengan pemukiman, lebih praktis karena tanpa harus mengelilingi area belanja yang luas untuk mencari barang yang ingin dibeli,” imbuhnya.
Meski demikian, Oke mengatakan pemerintah tetap menyayangkan penutupan gerai ritel yang terjadi selama pandemi. Bagaimanapun, lanjutnya, ritel modern turut berkontribusi dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang mayoritas ditopang konsumsi rumah tangga.
“Fenomena penutupan ini sekaligus bisa berdampak bagi UMKM dan mengganggu saluran produk UMKM,” kata Oke.