Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Pernah Berencana Buat Silicon Valley ala AS di 100 Lokasi, Tapi...

Pengembangan kawasan ala Silicon Valley AS di Indonesia ini sudah dimulai pada 2015 dengan nama program 100 science and techno park (STP).
Bandung Techno Park/Marketeers
Bandung Techno Park/Marketeers

Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan pusat inovasi dan riset digital di Sukabumi, Jawa Barat yang diberi nama Bukit Algoritma layaknya Silicon Valley di Amerika Serikat (AS) sebenarnya pernah direncanakan pemerintah untuk dibangun di beberapa lokasi. Namun, wacana tersebut tidak berlanjut hingga sekarang.

Peneliti Pusat Inovasi dan Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Hanif Muhammad mengatakan bahwa pengembangan kawasan ala Silicon Valley AS di Indonesia ini sudah dimulai pada 2015 dengan nama program 100 science and techno park (STP).

“Saya bilang program itu gagal total dan banyak yang akhirnya menjadi aset yang mangkrak,” katanya melalui diskusi virtual, Kamis (15/4/2021).

Hanif menjelaskan bahwa yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apa yang melandasi pembangunan Bukit Algoritma. Padahal, masih banyak kendala untuk membuat kawasan ekonomi khusus di bidang teknologi canggih.

Dari sisi sumber daya manusia, 12 persen adalah berpendidikan tinggi. Sedangkan sisanya berpendidikan SD, SMP, dan SMA.

Begitu pula dengan ekosistem research and development (R&D) atau riset dan pengembangan Indonesia masih sangat rendah. Proporsi dana R&D terhadap produk domestik bruto 0,24 persen pada 2017. Ini jauh dengan Malaysia (1,44 persen) dan bahkan Singapura (2,22 persen).

Kemudian, terkait dengan Bukit Algoritma, proyeknya digarap swasta. Padahal, konsep Silicon Valley yaitu kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan. Pembangunannya tidak bisa berdiri sendiri atau hanya diserahkan ke swasta.

Itulah sebabnya berdasarkan risetnya pada 2018, 100 STP tidak ada hasilnya. Belum setahun masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019, angkanya direvisi menjadi 22.

Satu dari tujuh kementerian pun mengundurkan dari dari proyek tersebut. Di sisi lain, mereka sudah memiliki program yang mirip seperti balai pelatihan dengan pekerjaan rumah bukan lagi pada alat dan bangunan, tapi kegiatannya.

“Ujung-ujungnya pada 2018 bisa dikatakan tidak ada satupun yang berhasil untuk menciptakan kolaborasi yang kuat antara universitas, industri, dan pemerintah. Jadi dinamikanya dalam 3 tahun itu kebanyakan STP berakhir menjadi bangunan saja dan alat-alat,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper