Bisnis.com, JAKARTA – Pengguna jasa pelabuhan disebut berekspektasi lebih besar terhadap proses bisnis serta peningkatan fasilitas dari penaikan tarif layanan yang dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia II (IPC).
Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sebelas November Saut Gurning mengatakan terkait dengan adanya penaikan tarif Lift on - Lift off (Lo-Lo) dan penumpukkan kontainer, harapan pengguna jasa sebenarnya masih lebih besar dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan operator terminal kontainer khususnya di Tanjung Priok saat ini.
Harapan besar pengguna jasa tersebut utamanya berkaitan dengan ekspektasi proses bisnis serta fasilitas yang meningkat hingga pada akhirnya memberikan dorongan efisiensi. Pada akhirnya, diharapkan total biaya Container Handling-Charge (CHC) yang diberlakukan bagi jasa bongkar - muat dapat lebih rasional.
"Jadi ekspektasi yang diharapkan adalah inovasi yang dihasilkan oleh efisiensi, ketimbang akibat investasi yang pada ujungnya masih belum memberikan nilai daya saing khususnya CHC kita," ujarnya, Rabu (14/4/2021).
Saut menjabarkan, saat ini biaya CHC di Indonesia masih berkisar US$110- US$120 per TE ketimbang nilai CHC regional Asia Tenggara yang berada di bawah angka US$90 USD per TEU. Sebagai contoh, CHC regional di Singapura sudah di bawah US$60- US$70, Malaysia US$ 80- US$90.
Ekspektasi lain pengguna jasa adalah usaha infrastruktur dan suprastruktur yang dilakukan pengelola dapat mendorong pada peningkatan throughput sekaligus efisiensi biaya CHC.
Baca Juga
"Hal-hal ini mungkin menjadi ekspektasi ultimate yang sangat ditunggu oleh pengguna jasa layanan kontainer di Indonesia," imbuhnya.
Di sisi lain, sejauh ini dia menilai langkah IPC cukup baik dengan adanya penaikan tarif layanan yang memang diimbangi dengan adanya kompensasi penurunan tarif progresif dari 900 persen ke 600 persen untuk waktu penumpukan lebih dari 3 hari.
Selain itu penaikan yang dilakukan saat ini juga memenuhi proses rekomendasi baik dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) serta Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marvest) serta sejumlah asosiasi.