Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang melirik opsi pendanaan seperti pinjaman daring (pindar) hingga layanan keuangan non-bank lainnya dipicu oleh kesulitan mendapatkan pembiayaan dari perbankan.
Hal itu diungkapkan oleh Asosiasi Industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Indonesia (Akumandiri). Menurut Ketua Umum Akumandiri Hermawati Setyorinny, pelaku UMKM menghadapi jalan terjal untuk mengakselerasi bisnisnya pada saat kredit perbankan mengalami tren pelambatan.
Dalam beberapa waktu terakhir, imbuhnya, pelaku UMKM kesulitan mendapatkan pembiayaan bank, terutama karena kemampuan membayar yang menurun dan pemilahan kredit perbankan yang kian ketat.
“Kalau masalah kredit [bank] sudah sulit karena posisi yang terdampak Covid-19, ekonomi global, sehingga BI Checking [SLIK]-nya saja sudah tidak masuk, ditambah dia harus lolos SIKP [Sistem Informasi Kredit Program],” kata Hermawati saat dihubungi Bisnis, Jumat (22/8/2025).
Imbas dari situasi tersebut, Hermawati menyebut pelaku UMKM saat ini melirik opsi pendanaan lainnya, seperti pinjaman daring (pindar) hingga dan layanan keuangan non-bank.
Terlebih, pelbagai layanan tersebut menawarkan pencairan dana secara cepat dan tanpa prosedur yang rumit.
Dia tak menampik bahwa pindar mematok bunga yang lebih tinggi. Namun, mau tak mau pelaku UMKM cenderung membutuhkan akses permodalan yang mudah untuk menambal pendapatan yang telah jatuh.
“Apa yang dia punya itulah yang diputar. Jadi mereka [pelaku UMKM] seandainya mereka meminjam itu mencari yang mudah dan cepat,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 diperkirakan bakal melambat atau mengalami moderasi menjadi sebesar 8,99% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Jumat (22/8/2025), Mahendra mengatakan bahwa perubahan pada proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini disebabkan oleh sejumlah faktor sehingga mendorong perubahan rencana bisnis bank yang diajukan pada Agustus 2025.
“Dari segi kinerja tadi menyebabkan perubahan dalam rencana bisnis bank yang diajukan bulan Agustus ini, dari semula kredit diproyeksikan dapat mencapai di atas 10% dalam revisi rencana bisnis bank yang dilakukan bulan ini, disampaikan bahwa pertumbuhan kredit akan mencapai hampir 9%,” ujarnya di ruang rapat Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (22/8/2025).