Bisnis.com, JAKARTA – Ketika penduduk Hong Kong pindah ke luar negeri untuk menghindari tindakan keras politik China, agen real estat melihat peluang baru di berbagai bidang seperti membantu aplikasi visa dan memperantarai transaksi properti.
Minat untuk meninggalkan Hong Kong adalah yang tertinggi sejak menjelang kembalinya bekas koloni Inggris itu pada 1997 ke China, kata Andrew Lo, konsultan emigrasi lokal yang bekerja di industri tersebut selama lebih dari 30 tahun.
"Ini ledakan emigrasi terbesar dalam sejarah Hong Kong. Orang-orang dari berbagai tingkat masyarakat, berusia 18 hingga 80 tahun, semuanya membicarakan tentang emigrasi," paparnya sebagaimana dilansir Nikkei Asia pada Rabu (24/3/2021).
Lo, Direktur Pelaksana Anlex Services, mengatakan banyak warga Hong Kong yang panik telah menemukan cara untuk "melarikan diri " dalam 1,5 tahun terakhir.
Eksodus tersebut dimulai dengan protes pro-demokrasi Hong Kong pada paruh kedua 2019. Lebih banyak orang didorong untuk mencari dukungan emigrasi, dan tren tersebut menguat setelah China memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di Hong Kong pada 2020.
Dengan pemerintah kota tersebut meluncurkan pedoman pendidikan pada Februari yang mencakup pengajaran "keamanan nasional" kepada anak-anak sekolah, para orang tua dari anak-anak yang masih kecil sangat ingin pergi.
Baca Juga
Midland Realty, grup agen properti terkemuka di Hong Kong, menawarkan dukungan hukum bagi pemohon visa melalui anggota grup Konsultasi Imigrasi Midland. Tina Cheng, direktur senior strategi bisnis perusahaan itu, mengatakan setengah dari pelanggannya berpikir untuk pergi ke Inggris.
"Banyak pelanggan kami berbasis keluarga. Para orang tua berencana membawa anak-anak mereka ke Inggris. Permintaan untuk membeli properti Inggris meningkat," tuturnya.
Minat untuk membeli properti di luar negeri melonjak sampai dua kali lipat selama 2 tahun terakhir, menurut Midland.
Investasi real estat menjadi cara yang populer di kalangan warga Hong Kong untuk mendapatkan tempat tinggal di tempat lain. Namun, perkembangan politik baru-baru ini mendorong Inggris dan Kanada untuk memperluas program imigrasi bagi warga Hong Kong, membuka pintu gerbang emigrasi dari Hong Kong.
Sekitar 310.000 paspor British National Overseas (BNO)—memenuhi syarat untuk orang-orang di Hong Kong yang lahir sebelum penyerahan ke China—dikeluarkan pada 2020, dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pemegang paspor BNO sekarang memenuhi syarat untuk mengajukan skema visa baru, yang memungkinkan mereka tinggal di negara tersebut untuk bekerja dan belajar hingga 5 tahun, dan untuk mengajukan kewarganegaraan Inggris setelah 6 tahun. Sekitar 27.000 warga Hong Kong telah mendaftar untuk program tersebut sejak diluncurkan pada akhir Januari, menurut Pemerintah Inggris.
Selain Midland, agen properti lokal besar lainnya di Hong Kong, seperti Centaline Property dan Ricacorp Properties, juga memperluas layanannya menjadi konsultan imigrasi.
Banyak emigran mempertahankan properti mereka di Hong Kong, karena mereka bertaruh bahwa harga real estat akan naik, kata pejabat Midland.
Agen-agen yang berfokus pada bisnis emigrasi yang sedang berkembang berharap hal itu akan memberi mereka tidak hanya kesempatan untuk melakukan transaksi perantara di luar negeri, tetapi juga kesempatan untuk mengelola properti yang disewakan.