Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia Februari 2021 surplus sebesar US$2,01 miliar. Surplus ini merupakan surplus kedua pada awal tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan bahwa surplus neraca perdagangan akan berlanjut sepanjang semester I/2021.
Hal tersebut didorong oleh performa ekspor yang solid dari komoditas ekspor utama seperti kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan batubara, serta pemulihan ekonomi global.
Namun saat memasuki semester II/2021, menurut Andry impor akan melonjak seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi oleh penguatan konsumsi domestik dan meningkatnya aktivitas fixed capital investment.
“Pada semester II/2021, asumsi bahwa pembatasan di masyarakat semakin dilonggarkan karena menurunnya angka kasus baru positif Covid-19 serta meningkatnya jumlah warga yang divaksinasi, impor diproyeksikan menyusul [naik] seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi oleh penguatan konsumsi domestik dan meningkatnya aktivitas fixed capital investment,” tulisnya dalam rilis, Senin (15/3/2021).
Kegiatan investasi akan mendorong pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal yang merupakan 90 persen komponen penyumbang impor dari total keseluruhan.
Baca Juga
“Selain itu, pengadaan vaksin Covid-19 akan berkontribusi pada pertumbuhan impor, secara spesifik mulai pada kuartal II/2021,” tulisnya.
Menurut Andry, pertumbuhan neraca perdagangan yang terlihat setidaknya pada Februari 2021 sejalan dengan pandangannya. Maka itu, dirinya memperkirakan pelebaran defisit neraca keuangan atau current account deficit (CAD) di 2021.
“Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan dalam negeri di tengah pemulihan ekonomi yang didorong oleh program vaksinasi Covid-19 yang lancar dan percepatan reformasi ekonomi melalui Omnibus Law,” jelasnya.