Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekstil Lokal Terancam, Industri Minta Pemerintah Seriusi Isu Mr.Hu

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meminta pemerintah serius dalam menertibkan fenomena Mr. Hu yang belakangan ramai menjadi pembicaraan linimasa warga Twitter dengan tagar #SellerAsingBunuhUMKM.
Pedagang merapikan kain di salah satu gerai di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (8/12/2020). /Bisnis.com-Himawan L Nugraha
Pedagang merapikan kain di salah satu gerai di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (8/12/2020). /Bisnis.com-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meminta pemerintah serius dalam menertibkan fenomena Mr. Hu yang belakangan ramai menjadi pembicaraan linimasa warga Twitter dengan tagar #SellerAsingBunuhUMKM.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Wirawasta mengatakan produsen TPT baik di hulu atau hilir tidak begitu khawatir jika permintaan masyarakat masih stagnan karena kondisi Covid-19 dan sebagianya. Sementara yang paling dikhawatirkan adalah produk impor barang jadi dan murah.

"Kalau impor dan murah kami bakal habis banyak, makanya yang online-online ini seharusnya segera dibereskan. Pasalnya, pesaing utama di online adalah IKM yang selama ini menyerap 60 persen produk kain lokal," katanya kepada Bisnis, Kamis (25/2/2021).

Redma mengemukakan jika IKM TPT yang diserang dan membuat mereka sepi pembeli hingga stop produksi tentu akan berdampak hingga ke industri hulu. Sementara jika IKM bisa diselamatkan dan penyerapan produk kain terus meningkat maka juga akan mengungkit industri TPT hingga ke hulu.

Menurut Redma, keseriusan penanganan produk impor murah dari ritel ini juga harus segera dilakukan mengingat saat ini terjadi pergeseran porsi pembelian oleh konsumen yang biasanya membeli melalui toko konvensional.

"Porsi pembelian melalui online menjadi besar karena saat ini ritel seperti mall masih sepi kunjungan," ujarnya.

Sisi lain, saat ini industri sedang menghadapi kondisi kenaikan bahan baku seperti PTA karena harga minyak dunia yang terus naik. Bahkan, produsen hulu TPT sudah mencatat adanya kenaikan hingga 15 persen sejak awal tahun ini.

Redma khawatir belakangan penjualan hilir yang sepi juga akibat produsen sudah menaikkan harga barang jadi. Pasalnya, kenaikan bahan baku 15 persen bisa mendorong kenaikan barang jadi antara 3-4 persen karena dalam struktur biaya bahan baku mengambil porsi hingga 55 persen.

"Jadi utilisasi kami masih tahan di level 80 persenan. Sebenarnya ramai order sampai awal Februari kemarin juga untuk persiapan Lebaran tetapi harus dilihat lagi sampai minggu ini karena seharusnya masih ada kenaikan untuk Lebaran," kata Redma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper