Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil atau TPT dalam negeri baik skala besar, menengah, dan kecil diminta mulai mengutamakan penggunaan bahan baku serat rayon dan polyester, alih-alih katun yang selama ini didapat dengan impor.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakn saat ini industri TPT masih sulit berdaya saing dengan negara lain karena ongkos produksi termasuk di dalamnya harga energi, listrik, gas, hingga biaya pengolahan limbah B3 dan upah masih tinggi. Biaya upah yang terus naik pun tidak diimbangi dengan produktivitas yang meningkat.
"Alhasil produk dalam negeri lebih mahal dan ketika bersaing dengan impor, konsumen akan lebih memilih impor yang murah. Hal ini tentu membahayakan industri dalam negeri sehingga jika tidak ada perubahan kebijakan tidak menutup kemungkinan terjadi deindustrialisasi yang berimbah pada pengangguran dan pelemahan ekonomi," katanya dalam webinar Simposium Towards Responsible Supply Chain, Kamis (26/11/2020).
Jemmy mengemukakan kebijakan itu antara lain pembenahan regulasi impor dan pemberian keringanan biaya produksi dalam negeri. Terkait dengan impor, lanjutnya, rencana program subtitusi 35 persen subtitusi impor Kementerian Perindustrian pun cukup diapresiasi.
Untuk itu, salah satu yang dapat menjadi subtitusi yakni bahan baku. Pasalnya selama ini industri menggunakan bahan katun yang tidak bisa diproduksi dalam negeri karena iklim sehingga bergantung pada impor untuk mendapatkannya.
Sementara itu, di dalam negeri industri hulu memiliki kapasitas produksi serat rayon dan polyester yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dari segi keunggulan dan harga dua bahan baku tersebut tidak kalah dengan katun.
Baca Juga
"Hingga Agustus 2020 kapasitas rayon Nasional sudah mencapai 800.000 ton per tahun begitu pula poliester yang pada 2022 diproyeksi dapat mencapai 1 juta ton per tahun. Dengan pertimbangan tersebut, diharapkan produsen dalam negeri mulai beralih menggunakan bahan baku serat rayon dan polyester," ujarnya.
Jemmy menyebut dari sisi kualitas, keunggulan rayon dibanding katun di antaranya bahan lebih lembut tidak mudah kusut dan warna lebih baik. Adapun untuk polyester dibandingkan dengan katun juga terbukti lebih tahan lama, tahan jamur dan bakteri, serta perawatannya lebih mudah.
"Rayon dan polyester tidak kalah dengan katun banyak produsen luar yang juga menggunakannya sebagai bahan baku utama. Belum lagi sifat ramah lingkungan rayon dan tahan lama polyester sejalan dengan konsep sustainability," kata Jemmy.