Bisnis.com, JAKARTA - Proyeksi utilitas industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk semester II/2020 berubah. Hal tersebut disebabkan oleh pergantian tren yang didorong oleh industri kecil dan menengah (IKM) TPT.
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) mengamati bahwa permintaan pakaian jadi rumahan meningkat selama masa pandemi. Adapun, permintaan tersebut terus meningkat saat pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada akhir semester I/2020.
"Kemarin mulai bagus [permintaan]. [Produksi] mulai jalan lagi, terutama [pakaian jadi berbahan] rayon seperti daster, kaos, dan lainnya," ucap Sektretaris Jenderal APSyFI Redma Wirawasta kepada Bisnis, belum lama ini.
Namun demikian, Redma mengklaim volume impor kain per Juni 2020 kembali melonjak. Dengan kata lain, menurutnya, pergerakan permintaan saat pelonggaran PSBB terhenti hingga industri antara atau produsen kain.
Pasalnya, benang yang dikonsumsi oleh produsen benang merupakan stok yang berada di gudang, sementara pabrikan serat dan benang masih menekan kapasitas produksinya. Oleh karena itu, Redma menyatakan saat ini utilitas industri serat dan benang masih berada di kisaran 20-30 persen, sementara utilitas industri kain telah membaik ke kisaran level 40-50 persen.
Maka dari itu, Redma meminta agar pemerintah melakukan pengetatan pengawasan importasi kain pada semester II/2020 agar utilitas industri hulu dapat membaik pada akhir tahun.
Baca Juga
Terpisah, Direktur PT Asia Pascific Rayon (APR) Basrie Kamba menyatakan mulai ada peningkatan permintaan rayon di pasar domestik sepanjang tahun ini. Oleh karena itu, lanjutnya, utilitas sepanjang semester I/2020 konsisten berada di level 100 persen.
"Semangat kawan-kawan [IKM] di bagian hilir industri ini di luar perkiraan orang. Mereka kecil [kapasitas produksinya], tapi banyak dan [membuat konsumsi bahan bakunya] besar sebenarnya," katanya kepada Bisnis.
Seperti diketahui, APR memiliki kapasitas terpasang sekitar 800.000 ton per tahun. Adapun, kapasitas tersebut direncanakan meningkat menjadi 1 juta ton per tahun pada 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata konsumsi nasional serat rayon pada 2019 naik sebesar 3 persen secara tahunan menjadi 357.000 ton. Adapun, volume produksi melonjak sebesar 40 persen menjadi 660.000 ton.
Di samping itu, volume impor serat rayon merosot hingga 48 persen dari 95.000 ton pada 2018 menjadi 49.000, sedangkan volume ekspor meroket 61 persen menjadi 352.000 ton. Dengan kata lain, surplus neraca dagang industri rayon per 2019 mencapai 303.000 ton pada 2019 atau naik 146 persen dari realisasi 2018.
Basrie belum dapat meramalkan apakah konsumsi rayon di dalam negeri akan kembali meningkat seperti realisasi 2019. Namun demikian, Basrie berharap pelaku IKM TPT dapat memanfaatkan momentum perubahan tren penggunaan kain dari kapas menjadi rayon yang terjadi baru-baru ini.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendata setidaknya ada lebih dari 500.000 unit IKM di industri TPT pada akhir 2019. Adapun, IKM di industri TPT terdapat pada industri antara yakni sebanyak 131.000 unit dan industri garmen sebanyak 407.000 unit.