Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah mengantisipasi banjir produk impor ke dalam negeri, terlebih dari negara-negara yang juga terkena tarif impor resiprokal dari Amerika Serikat (AS), seperti China, Vietnam, Taiwan dan lainnya.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan, pemerintah telah mendapatkan permintaan dari pelaku usaha untuk segera memitigasi potensi pengalihan ekspor negara lain dari AS ke pasar Indonesia.
“Oleh karena itu, ada permohonan dari beberapa asosiasi secara langsung kepada Kemenperin agar ada pengawasan borderline kita, supaya barang yang seharusnya diekspor ke AS ini tidak masuk ke pasar kita,” kata Faisol dalam sosialisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/4/2025).
Untuk diketahui, Bisnis ikut menyimak paparan sejumlah stakeholder termasuk Kementerian Perindustrian dalam agenda Sosialisasi dan Masukan Asosiasi Usaha secara daring.
Dalam pertemuan tersebut, Faisol juga menerangkan pihaknya telah mendapatkan permohonan dari beberapa asosiasi secara langsung agar ada pengawasan borderline sehingga barang impor yang semula masuk ke AS tidak mudah masuk ke pasar domestik.
Di sisi lain, ada beberapa catatan terkait dampak kebijakan tarif yang akan memengaruhi kinerja ekspor industri.
Baca Juga
“Ada beberapa komoditas yang daya saing dan volume ekspornya akan berpengaruh. Kami juga memitigasi dampak langsungnya terhadap lapangan pekerjaan, yang bisa menyebabkan adanya PHK [pemutusan hubungan kerja],” tuturnya.
Sejumlah asosiasi juga disebut telah merespons kebijakan tarif ini dengan kemungkinan akan ada pergeseran pasar ekspor, salah satunya ke Uni Eropa.
Selain itu, pemerintah juga mengantisipasi potensi gangguan rantai pasok bahan baku industri dalam negeri.
“Berikutnya tentu mengenai rantai pasok global yang menyediakan bahan baku industri dalam negeri, contohnya elektronik dan otomotif,” jelasnya.
Lebih lanjut, komunikasi antarnegara telah dilakukan melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada beberapa negara yang menjadi bagian dari rantai pasok, khususnya elektronik dan otomotif.
“Sehingga tidak terjadi kekosongan atau keterlambatan pasokan untuk industri elektronik dan otomotif kita,” pungkasnya.