Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen. Sektor transportasi dan akomodasi menjadi dua sektor paling menderita sepanjang tahun lalu.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan ada 10 sektor yang mengalami kontraksi pada tahun lalu. Semuanya yaitu industri pengolahan minus 2,93 persen, perdagangan minus 3,72 persen, konstruksi minus 3,26 persen, dan pertambangan serta penggalian minus 1,95 persen.
Selanjutnya administrasi pemerintahan minus 0,03 persen, jasa lainnya minus 4,10 persen, jasa perusahaan minus 5,44 persen, dan pengadaan listrik serta gas minus 2,34 persen.
“Dan yang terdalam untuk sektor transportasi dan pergudangan yang pada tahun 2020 karen pandemi mengalami kontraksi 15,04 persen dan satu lagi akomodasi serta makan minuman mengalami kontraksi 10,22 persen,” jelasnya, Jumat (5/2/2021).
Menurut Suhariyanto, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membatasi pergerakan orang dan barang sehingga sektor transportasi dan pergudangan terdampak paling parah. Dia menyebut, kontraksi sektor transportasi dan pergudangan memberikan dampak terdalam terhadap PDB sebesar minus 0,64 persen.
Secara rinci, Suhariyanto menjelaskan angkutan udara dan angkutan rel tertekan paling parah akibat pandemi. Pada kuartal IV/2020, angkutan udara minus 53,81 persen, sedikit lebih baik bila dibandingkan kuartal III/2020 yang negatif 63,9 persen.
Baca Juga
Sementara angkutan rel minus 45,5 persen pada kuartal IV/2020, sedikit lebih baik dibandingkan dengan kuartal III/2020 yang minus 51,1 persen.