Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi RI Paling Jeblok Sejak 1998, Transportasi Paling Menderita

Sektor transortasi dan pergudangan memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 2,07 persen pada 2020.
Suasana ruang keberangkatan Bandara Sultan Hasanudin, Makassar Sulawesi Selatan masih tampak sepi pada hari Kamis (7/5/2020). Meski pemerintah telah membuka penerbangan, namun aktivitas di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin masih belum tampak calon penumpang./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Suasana ruang keberangkatan Bandara Sultan Hasanudin, Makassar Sulawesi Selatan masih tampak sepi pada hari Kamis (7/5/2020). Meski pemerintah telah membuka penerbangan, namun aktivitas di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin masih belum tampak calon penumpang./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen. Sektor transportasi dan akomodasi menjadi dua sektor paling menderita sepanjang tahun lalu.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan  ada 10 sektor yang mengalami kontraksi pada tahun lalu. Semuanya yaitu industri pengolahan minus 2,93 persen, perdagangan minus 3,72 persen, konstruksi minus 3,26 persen, dan pertambangan serta penggalian minus 1,95 persen.

Selanjutnya administrasi pemerintahan minus 0,03 persen, jasa lainnya minus 4,10 persen, jasa perusahaan minus 5,44 persen, dan pengadaan listrik serta gas minus 2,34 persen.

“Dan yang terdalam untuk sektor transportasi dan pergudangan yang pada tahun 2020 karen pandemi mengalami kontraksi 15,04 persen dan satu lagi akomodasi serta makan minuman mengalami kontraksi 10,22 persen,” jelasnya, Jumat (5/2/2021).

Menurut Suhariyanto, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membatasi pergerakan orang dan barang sehingga sektor transportasi dan pergudangan terdampak paling parah. Dia menyebut, kontraksi sektor transportasi dan pergudangan memberikan dampak terdalam terhadap PDB sebesar minus 0,64 persen.

Secara rinci, Suhariyanto menjelaskan angkutan udara dan angkutan rel tertekan paling parah akibat pandemi. Pada kuartal IV/2020, angkutan udara minus 53,81 persen, sedikit lebih baik bila dibandingkan kuartal III/2020 yang negatif 63,9 persen. 

Sementara angkutan rel minus 45,5 persen pada kuartal IV/2020, sedikit lebih baik dibandingkan dengan kuartal III/2020 yang minus 51,1 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper