Bisnis.com, JAKARTA — Industri keramik merasakan dampak signifikan atas serbuan produk impor. Salah satunya untuk jenis homogeneus tiles yang membuat kapasitas domestik mengganggur.
Berbeda dengan keramik biasa yang terdiri dari dua lapisan yakni glazur dan tanah liat, homogenous tile merupakan ubin yang memiliki lapisan atas dan bawah penyusun bodi dengan mutu material dan warna yang sama.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan idle capacity yang dirasakan produsen domestik pun tidak tanggung-tanggung atau sebesar 56 persen. Padahal saat ini sejumlah momentum pemulihan industri sedang berjalan.
"Gangguan serbuan produk Import keramik jenis Homogeneus Tiles ini menyebabkan idle capacity sebesar 56% untuk industri keramik sejenis domestik," katanya kepada Bisnis, Senin (25/1/2021).
Edy menyebut untuk mempertahankan momentum pemulihan dan kebangkitan industri keramik pasca penurunan harga gas US$6 per mmbtu, Asaki mendesak langkah-langkah konkret perlindungan dan penguatan industri keramik.
Sejumlah langkah tersebut, di antaranya pembatasan pelabuhan impor tertentu dan penetapan minimum import price.
Baca Juga
Dia menyebut industri keramik nasional harus mendapatkan atensi khusus terlebih sebagai industri strategis yang menyerap jumlah tenaga kerja cukup besar lebih dari 150.000 orang dan dengan TKDN yang tinggi rerata di atas 75 persen.
"Kamis optimis mampu bangkit kembali kembali ke masa kejayaan industri keramik pada 2013 sebagai Big Five Top Ceramic Manufacturing Countries jika mendapatkan dukungan dan atensi dari pemerintah," ujar Edy.
Sementara, pada tahun ini Asaki memproyeksikan utilisasi kapasitas produksi berkisar di level 74-75 persen meningkat cukup baik dibanding 2020 yang berkisar 56 persen dan pada 2019 yang di level 65 persen.