Bisnis.com, JAKARTA — Industri keramik meyakini pemulihan industri yang sudah terjadi saat ini akan berlanjut pada tahun depan didorong dengan peningkatan program pemulihan dari pemerintah.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan faktor-faktor yang mendukung pemulihan industri keramik lebih cepat saat ini di antaranya stimulus penurunan harga gas tertentu yakni US$6 per Mmbtu dan pemberlakuan safeguard untuk produk impor China, India, dan Vietnam sebagai upaya mendukung industri dalam negeri.
"Hal itu juga sebagai peningkatan daya saing Industri serta penguatan industri keramik terhadap ancaman produk impor yang sangat dirasakan manfaatnya di mana kebijakan-kebijakan tersebut sangat tepat sasaran dan tepat waktu," katanya kepada Bisnis, Selasa (29/12/2020).
Edy mengemukakan dampak nyata dan positif dalam membantu percepatan pemulihan industri keramik adalah per akhir November 2020 utilisasi prododuksi nasional sudah bisa meningkat ke angka 65 persen, yaitu seperti tingkat utilisasi pada awal 2020 sebelum hadirnya pandemi Covid-19.
Dengan kata lain, saat ini industri keramik telah pulih kembali. Untuk itu, Asaki mengharapkan dengan adanya upaya-upaya pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat, seperti melalui PEN dan percepatan penyerapan APBN/APBD ini utlilisasi kapasitas produksi nasional akhir 2020 ini bisa meningkat ke angka 70 persen yang mana merupakan angka tertinggi sejak lima tahun terakhir.
"Pemulihan industri keramik juga didukung dengan kinerja ekspor yang membaik sesuai data BPS Januari - September 2020 sebesar US$49,8 juta naik 24 persen dan secara volume mencapai angka 12,8 juta m2 meningkat 29 persen," ujar Edy.
Baca Juga
Edy mengemukakan kinerja ekspor sembilan bulan ini merupakan kinerja tertinggi sejak 2016, yang mana sebelumnya setiap tahun mengalami penurunan. Peningkatan angka ekspor tentunya karena membaik dan meningkatnya daya saing industri keramik dengan harga gas baru dan mulai dibukanya lockdown di negara-negara tujuan.
Lima negara tujuan ekspor utama adalah Filipina, Malaysia, Taiwan,Thailand dan USA. Lonjakan ekspor terjadi dengan tujuan negara USA mencapai 130%, Filpina sekitar 60% dan Taiwan 40%. Peningkatan ekspor diluar lima tujuan utama juga terjadi di Australia yang untuk pertamakalinya meningkat mendekati 50%.