Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

70 Persen Komponen Sepeda Masih Impor, Begini Tindakan Kemenperin

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim masih berupaya dalam mendorong produksi komponen sepeda yang saat ini tercatat sekitar 70 persen masih impor.
Karyawan memasang rangka (frameset) sepeda lipat Kreuz di Bandung, Jawa Barat, Senin (29/6/2020). Model sepeda mirip Brompton ini dijual seharga Rp3,5 juta. -ANTARA
Karyawan memasang rangka (frameset) sepeda lipat Kreuz di Bandung, Jawa Barat, Senin (29/6/2020). Model sepeda mirip Brompton ini dijual seharga Rp3,5 juta. -ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim masih berupaya dalam mendorong produksi komponen sepeda yang saat ini tercatat sekitar 70 persen masih impor.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan pada prinsipnya dalam mendorong industri kecil menengah atau IKM yang paling penting yakni pasar dan kesempatan untuk memasok produk pada industri besar.

Menurutnya, inovasi dari produk IKM pun kini tidak boleh dipandang sebelah mata dan harus dukung. Contohnya saat ini terbukti sejumlah IKM mampu membuat baterai portable kendaraan meski masih membutuhkan dorongan agar terus berkembang.

Sejalan dengan hal itu Kemenperin Direktorat Jenderal IKMA pun tengah mengumpulkan industri komponen otomotif yang bisa membuat komponen sepeda.

"Kemarin ada produsen komponen otomotif yang beralih ke sepeda dan produsen United memberikan kesempatan untuk supply ke dia sekaligus membuat FGD training komponen bahkan ternyata juga bisa sekalian produksi aksesoris sepeda yang biasa United impor. Jadi kami kumpulin lalu akan kami kurasi," katanya kepada Bisnis, Selasa (19/1/2021).

Gati menyebut pihaknya sebagai pembina IKM juga akan terus menekankan pentingnya kunci kontinuitas dalam berproduksi apalagi jika sudah bermitra dengan industri besar. Para IKM harus mampu menjaga standar dan kapasitas produksinya.

Selanjutnya, seperti dalam berbisnis juga tentu ada konsekuensi dan kondisi pasang surut. Di mana jika ada masanya permintaan sedang berkurang maka IKM tidak boleh berkecil hati dan terus berinovasi bahkan berekspansi agar mampu menyasar pasar lain yang sedang stabil.

"Sayang sekali kalau IKM demand lagi turun ngambek, ini yang akan terus masuk radar kami. Kami juga akan terus menjembatani agar terjadi link and match di samping terus mendukung salah satunya melalui restrukturisasi permesinan yang tahun ini saya naikkan jadi 40 persen bantuannya," ujar Gati.

Dia menilai dengan dukungan penuh pada IKM yang dimulai pada tahun pemulihan ini, diharapkan pada 2022 saat kondisi sudah lebih bangkit dan siap kembali menyerap banyak tenaga kerja.

Selama periode 2015-2019 Kemenperin telah menyalurkan bantuan restruktursasi mesin dan peralatan dengan total nilai penggantian sebesar Rp46 milir kepada 427 pelaku IKM. Adapun tahun lalu Kemenperin memberikan alokasi anggaran untuk program tersebut dengan anggaran Rp6,5 miliar.

Namun, hingga tahun lalu subsidi restrukturisasi mesin sebesar 35 peren untuk mesin lokal dan 25 persen untuk impor. Sementara mulai tahun ini anggaran dinaikkan menjadi 40 persen untuk mesin lokal dan tetap 25 persen untuk impor.

Gati berpendapat adopsi teknologi sederhana oleh IKM menjadi penting untuk meningkatkan produktivitas. Pasalnya, produktivitas IKM saat ini masih sekitar 21,22 persen, sedangkan IKM mendominasi kontribusi pada total unit usaha industri maupun serapan tenaga kerja industri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper