Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan sejumlah kendala yang menghambat pembangunan kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih mengungkapkan bahwa pembangunan kilang Bontang pada saat ini masih dikaji ulang setelah kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dan Overseas Oil and Gas (OOG) LLC yang berakhir pada 2019.
Di samping itu, pembangunan kilang Bontang terganjal masalah ketersediaan lahan yang dimiliki pemerintah untuk proyek itu.
"GRR [grass root refinery] Bontang memang sudah disampaikan ada kerja sama yang kemudian berakhir dengan partner, selain itu ada persoalan terkait lokasi lahan di Bontang yang dimiliki pemerintah jumlahnya tidak mencukupi ini masih adalam kajian khusus untuk capex-nya," katanya dalam paparan yang digelar pada Senin (18/1/2021).
Kendati demikian, meski pembangunan sejumlah kilang belum rampung, kata Soerjaningsih, pemerintah optismistis produksi saat ini telah mencukupi dan bahkan berlebih pada beberapa jenis BBM.
Dia memaparkan bahwa untuk produksi Solar dalam negeri hingga saat ini jumlahnya sudah mampu memenuhi kebutuhan nasional. Untuk BBM jenis avtur, Indonesia telah mampu mengekspor karena stok di dalam negeri sudah berlebih.
Baca Juga
"Terkait dengan gasoline memang impor kita masih cukup tinggi, tetapi dengan onstream-nya pada tahap pertama 2022 kilang Balikpapan disusul beberapa kilang pada 2020 kita masih ada impor tanpa kilang dari GRR Tuban kilang kita masih ada, tapi tidak terlalu besar," ungkapnya.
Pada pertengahan tahun lalu, Direktur Megaproyek & Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang menjelaskan bahwa mitra yang terpilih untuk proyek itu menyatakan tidak dapat melanjutkan proyek tersebut sehingga pada saat ini proyek tersebut ditunda sambil mengkaji ulang. Hingga saat ini, OOG adalah mitra yang terpilih untuk proyek Kilang Bontang.
"Kilang Bontang sempat jalan, cuma partner tidak bisa lanjutkan, kita hold dulu, kita kaji, supply demand seperti apa. Kalau sudah clear akan kita bicarakan dengan stakeholders. Kita lihat perkembangan selanjutnya sesuai kebutuhan," jelasnya.