Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menyatakan arus bahan baku pada 2021 akan lebih lancar. Undang-Undang No. 11/2020 tentang Cipta Kerja dinilai akan menjadi pendorong utama kelancaran tersebut.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya telah mendapatkan komitmen kelancaran arus bahan baku bagi industri makanan dan minuman (mamin) dari Kementerian Perdagangan. Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah akan masuknya gula industri pada Januari 2021.
"Apalagi UU Ciptaker, Peraturan Pemerintahnya akan keluar pada Januari 2021, dan salah satu peraturannya terkait ketersediaan bahan baku industri mamin. Dengan demikian, kami harapkan tahun depan sudah mulai semua dan tidak ada hambatan lagi [terkait arus bahan baku]," katanya kepada Bisnis, Minggu (3/1/2021).
Seperti diketahui, berdasarkan data Kementerian Perindustrian, rekomendasi impor garam yang diberikan untuk industri aneka pangan sebesar 543.785 ton untuk 2020. Tetapin, izin impor garam yang disetujui dalam rapat koordinasi antara kementerian adalah 530.000 ton.
Untuk semester I/2020, izin impor dikeluarkan pada 10 Maret 2020 sebanyak 219.000 ton. Alhasil, idealnya izin impor yang dikeluarkan untuk semester II/2020 adalah 311.000 ton.
Namun demikian, Gapmmi mencatat izin impor yang dikeluarkan hanya sekitar 248.800 ton. Dengan kata lain, realisasi izin impor garam pada tahun ini hanya mencapai sekitar 467.800 ton atau naik sekitar 41,75 persen dari realisasi 2019 di sekitar 330.000 ton.
Baca Juga
Walaupun realisasi penerbitan izin impor garam naik, perlu dicatat realisasi penerbitan izin pada 2019 lebih rendah 40 persen dari persetujuan awal sebanyak 550.000 ton. Realisasi izin impor tahun ini lebih rendah 11,73 persen dari persetujuan awal tahun yakni 530.000 ton.
Meskipun penerbitan izin impor lebih rendah dari rekomendasi, Adhi optimistis kebutuhan pabrikan akan tercukupi melihat kondisi saat ini. Menurutnya, pabrikan mengurangi konsumsi bahan baku lantaran utilisasi pabrikan pun terpukul ke kisaran 60-70 persen akibat pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Bernardi Dharmawan sampai saat ini pihaknya masih berkomunikasi dengan Kementerian Bidang Perekonomian perihal rapat koordinasi terbatas tingkat Menteri. Hal itu guna menyetujui proses izin impor dan pemberian kuota untuk industri.
"Seperti yang diketahui memang sampai saat ini belum diterbitkan izin impor untuk raw sugar sebagai bahan baku GKR. Sampai saat ini untuk stok baik raw sugar dan GKR diperkirakan hanya mencukupi sampai dengan minggu kedua Januari 2021," katanya kepada Bisnis.
Bernardi menjelaskan bahwa stok yang tersisa di 11 pabrik rafinasi anggota AGRI saat ini berada di angka 360.000 ton, padahal kebutuhan bulanan untuk industri makanan dan minuman bisa mencapai 250.000 ton dan berpotensi naik pada akhir tahun yang bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru.
Selain itu saat ini pasokan gula hanya datang dari Brasil dan itu membutuhkan waktu dua bulan. Sebelumnya, AGRI berharap izin impor sudah dirilis sejak November 2020.