Bisnis.com, JAKARTA – Ditunjuknya orang-orang baru untuk menjabat posisi menteri di Kabinet Indonesia Maju diharapkan dapat membenahi sejumlah permasalahan yang dihadapi Indonesia selama pandemi.
Para ekonom berharap para calon menteri ini dapat membawa perubahan yang bisa mendukung pemulihan ekonomi.
“Saya lihat menteri-menteri selama pandemi tidak banyak yang berani dan cenderung menghindari. Dalam konteks pemulihan ekonomi, orang-orang baru ini harus memastikan anggaran PEN di kesehatan dan korporasi bisa terealisasi lebih baik dan menjembatani sektor yang terpuruk,” kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi, Selasa (22/12/2020).
Tauhid pun memberi catatan untuk sejumlah sektor yang kerap menjadi sorotan selama pandemi. Untuk sektor kesehatan yang nantinya akan dipegang Budi Gunadi Sadikin, Tauhid menilai pekerjaan rumah terdekat yang harus ditangani dengan benar adalah soal pengadaan vaksin beserta distribusinya.
Selain itu, Menteri Kesehatan baru dipandangnya harus berani mengambil gebrakan, termasuk mendiversifikasi pasokan vaksin, tidak hanya dari satu sumber.
“Menkes harus mampu meyakinkan bahwa vaksin bisa distribusi berjalan tepat waktu, tepat jumlah dan wilayahnya karena akan menjadi masalah jika tidak berjalan dengan tepat. Kalau lambat dan tidak ada gebrakan ya sama saja,” ujarnya.
Baca Juga
Tauhid menilai latar belakang Budi Gunadi Sadikin yang bukan dari sektor kesehatan tidak akan terlalu menimbulkan masalah dalam jangka pendek menengah. Tetapi untuk jangka panjang, kondisi ini akan menimbulkan tantangan tersendiri.
Sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN I yang membidangi BUMN kesehatan dan farmasi, Budi Gunadi Sadikin sejatinya bukan orang baru dalam penanganan Covid-19 di Tanah Air. Dia tercatat terlibat dalam upaya pengadaan alat PCR dan obat Covid-19 pada awal pandemi.
Adapun untuk sektor perdagangan yang kini dinahkodasi Muhammad Lutfi, Tauhid menilai tantangan terbesar terletak pada upaya pemulihan perdagangan dalam negeri yang belum banyak disentuh selama pandemi.
Dia berpandangan bahwa pemulihan perdagangan domestik memiliki peran penting karena kontribusinya lebih besar dibandingkan perdagangan luar negeri.
“Menurut saya PR terberatnya bukan dari ekspor impor karena dipengaruhi kondisi global. Yang perlu dibenahi adalah sisi di dalam negeri, bagaimana demand digenjot dan pelaku usaha diakomodasi. Saya lihat tidak banyak insentif yang diberikan ke pelaku usaha dalam negeri, seperti mal misalnya,” jelasnya.
Terakhir, Tauhid memberi pula catatan untuk Kementerian Sosial yang akan menjadi garda terdepan menjaga daya beli kelompok menengah ke bawah lewat jaring pengaman sosial.
Menurut dia, perubahan mendasar perlu dilakukan, mulai dari mekanisme penyaluran bantuan sampai perombakan data penerima agar bantuan yang disalurkan tepat sasaran.
“Selain itu perlu ada peninjauan mengenai jumlah yang layak diterima penerima manfaat. Nominal yang disalurkan sebelumnya saya rasa tidak layak karena pendapatan masyarakat menurun drastis. Akibatnya bantuan ini tidak bisa mengerek konsumsi jika kurang,” kata dia.