Bisnis.com, JAKARTA — Meski mematok pertumbuhan pada level 5-7 persen tahun depan, industri makanan minuman menilai kondisi belum akan normal seperti sebelum pandemi Covid-19 menyerang.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Adhi S. Lukman mengatakan hasil proyeksi tahun depan itu melihat perkembangan yang ada saat ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal sudah akan bottom pada 2021 dikisaran 6 persen.
Sementara pada tahun normal proyeksi pertumbuhan industri mamin biasanya di atas pertumbuhan ekonomi atau pada kisaran 7-9 persen.
"Tahun depan belum normal sekali, kami melihat mungkin baru 2022. Tahun depan kami masih realistis karena ada ekspor yang masih bertumbuh," katanya dalam MarkPlus Conference 2021, Kamis (10/12/2020).
Adhi mengemukakan per Agustus 2020 ekspor mamin tumbuh 6 persen dan di September juga masih berhasil tumbuh meski lebih rendah di level 4 persen. Hal itu salah satunya karena industri lebih agresif pada negara emerging market.
Saat ini, Adhi pun berharap konsistensi pemerintah dalam memberikan bantuan kepada 40 persen masyarakat kelas bawah baik seperti bantuan karyawan di bawah gaji Rp5 juta dan bantuan langsung tunai pada tahun depan.
Baca Juga
Menurutnya, alokasi untuk konsumsi masyarakat kelas bawah memang hanya 18 persen, jika dibanding 20 persen kelas atas dan 40 persen kelas menengah yang mengalokasikan 82 persen untuk konsumsi.
Namun, persoalan utama pada kelompok bawah adalah daya beli yang tentu dengan konsistensi bantuan pemerintah akan terbantu. Sementara kelompok masyarakat menengah atas terpantau membatasi pembelian karena ketakukan untuk berkegiatan.
"Jadi pada tahun ini sangat anomali, periode Ramadan dan Lebaran biasanya paling tinggi tetapi kemarin terendah tetapi setelah itu trennya terus membaik. Terbukti pada kuartal II/2020 pertumbuhan 0,22 persen dan sudah naik menjadi 0,66 persen pada kuartal III/2020," ujarnya.