Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan angka Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia dapat kembali menembus level 50,0 pada kuartal IV/2020. Namun, momentum tersebut belum akan terjadi pada November 2020.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani meramalkan PMI Indonesia per November 2020 akan naik mendekati level 50,0, tapi belum akan menembus level 50,0. Seperti diketahui, PMI Indonesia naik tpis 60 basis poin (bps) secara bulanan ke level 47,8 per Oktober 2020.
"November 2020 memang ada perbaikan iklim perdagangan dan investasi di level global pasca hasil pemilu Amerika Serikat dan kecenderungan peningkatan konsumsi akhir tahun. Akan tetapi, juga ada proyeksi meningkatnya [penyebaran] Covid-19 di akhir tahun," katanya kepada Bisnis, Senin (30/11/2020).
Menurutnya, peningkatan penyebaran Covid-19 di dalam negeri berpotensi kembali menekan konsumsi akhir tahun di pasar luar dan dalam negeri. Walaupun pemindahan cuti Lebaran ke akhir tahun dibatalkan, akhir Desember 2020 masih ada liburan Natal dan Tahun Baru 2021.
Shinta menilai jika penyebaran Covid-19 kembali meningkat, realisasi konsumsi kuartal IV/2020 akan lebih rendah dari proyeksi rata-rata pabrikan. Selain itu, lanjutnya, penyebaran Covid-19 di level nasional akhir-akhir ini memburuk.
Shinta berpendapat pengendalian penyebaran Covid-19 menjadi kunci peningkatan konsumsi di dalam negeri. Shinta berujar penyebaran Covid-19 yang tidak terkendali dapat menekan konsumsi domestik dan kepercayaan diri pelaku industri.
Baca Juga
Di sisi lain, sentimen positif datang dari peningkatan belanja pemerintah yang terjadi secara siklikal pada setiap kuartal IV. Shinta menilai sentimen tersebut dapat mendongkrak angka PMI Indonesia pada Desember 2020. "Ya mestinya [PMI Indonesia per Desember 2020] bisa [tembus level 50,0]," katanya.
Terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis sektor manufaktur akan masuk ke kondisi ekspansif pada kuartal IV/2020. Pasalnya, ujar Agus, seluruh sektor manufaktur telah tumbuh positif secara kuartalan pada kuartal III/2020.
Akan tetapi, Agus mengakui hampir seluruh sektor manufaktur masih tertekan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data BPS, hanya tiga sektor yang tumbuh positif pada kuartal III/2020, yakni industri makanan dan minuman (0,66 persen), industri logam dasar (5,19 persen), dan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (14,96 persen).
Di samping itu, Agus tetap meyakini angka Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia akan menembus level 50,0 pada kuartal IV/2020. Menurutnya, hal tersebut didorong oleh produksi mobil dan semen yang melonjak secara kuartalan pada kuartal III/2020.
"Kami mendorong dan percaya sebelum 2020 PMI [Indonesia] bisa masuk ke titik 50 di mana titik 50 bahwa industri dalam negeri sudah sampai pada status ekspansif. Bottom line-nya, kami sudah lihat kurva positif," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan APBD hingga akhir September 2020 telah dibelanjakan sebesar Rp575,45 triliun, dari total APBD tahun ini sebesar Rp1080,71 triliun.
Artinya, masih ada sisa APBD sekitar Rp505 triliun yang dapat dibelanjakan pada kuartal IV/2020. Sri Mulyani mengatakan, masih besarnya anggaran ini diharapkan dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi di kuartal IV, melanjutkan perbaikan ekonomi yang telah terjadi di kuartal III/2020.