Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 diproyeksi akan terkontraksi semakin dalam dari perkiraan pemerintah sebelumnya.
Pemerintah memproyeksikan ekonomi kuartal III/2020 akan terkontraksi di kisaran minus 2,9 persen - minus 1,0 persen. Sebelumnya, batas atas pertumbuhan ekonomi di kuartal tersebut masih diprediksi akan positif 0,2 persen.
Peneliti senior INDEF Enny Sri Hartati mengatakan pertumbuhan ekonomi yang dihadapkan pada situasi kontraksi adalah hal yang normal, karena terjadi di semua negara.
Enny pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV/2020 masih berpotensi minus. Menurutnya, permasalahan masih terhambatnya penanganan pandemi Covid-19 adalah dari sisi efektivitas fiskal.
Dia mencontohkan, program perlindungan sosial masih belum efektif dijalankan hingga saat ini. Masih terdapat masalah tumpang tindih data termasuk data berapa masyarakat yang sudah mendapat bantuan sosial tidak terekam, sehingga efektivitas program ini pun tidak bis diukur. Bahkan, jika program perlindungan sosial optimal sekalipun, Indonesia tetap tidak bisa mengerem terjadinya kontraksi ekonomi.
Sementara itu, dia menilai, kebijakan moneter sudah cukup sigap. Justru, dinamika dan cepat tanggap di sisi moneter seharusnya diikuti oleh sisi fiskal.
Baca Juga
"Kontraksi ekonomi adalah hal yang normal, di ssemua negara terjadi. Yang berbeda adalah respon kebijakan. Persoalan kita bukan di moneter, persoalan menghadapi pandemi ini yang masih terhambat adalah efektivitas fiskal," katanya, Selasa (22/9/2020).
Selama adanya perbaikan di sisi fiskal, kata Enny, baik efektivitas melalui stimulus, intervensi, dan insentif, maka perbaikan di kuartal IV/2020 akan sangat memungkinkan. Sepanjang kontraksi pada kuartal III/2020 tidak sedalam kuartal II/2020 yang tercatat -5,32 persen, maka artinya terjadi perbaikan ekonomi selama periode tersebut.
"Celakanya, kalau kuartal III/2020 lebih dalam dari -5,32 persen, celakanya lagi kalau yang dikambinghitamkan adalah PSBB, padahal PSBB [jilid II] baru [diberlakukan] 2 minggu," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan yang paling penting saat ini adalah kecepatan dan ketepatan penganganan dari sisi fiskal. Seharusnya, kata Piter, fokus pemerintah dan seluruh otoritas adalah mempercepat penanggulangan wabah, membantu masyarakat terdampak, dan membantu dunia usaha bertahan.
Percepatan pemulihan ekonomi nasional menurutnya lebih baik jika dilakukan ketika pandemi Covid-19 sudah selesai. Ketika pandemi masih berlangsung, upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah membantu agar masyarakat bisa bertahan. "Fokus kita adalah bagaimana bisa bertahan, bukan bangkit di tengah pandemi, sehingga ketika pandemi selesai, kita mampu untuk bangkit," katanya.