Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan orang tua menjadi alasan dia untuk menanggalkan jabatannya selaku Direktur Pelaksana Bank Dunia pada 2016 lalu.
Pasalnya, orang tuanya memiliki semangat nasionalisme dan harapan besar adanya perbaikan di negara.
"Almarhum orang tua saya pasti akan merasa senang saya kembali Indonesia. Mereka pasti mengharapkan saya bisa memperbaiki kesejahteraan rakyat. Orang tua saya kan dua-duanya guru besar jadi hatinya perhatiannya selalu terhadap sumber daya manusia atau kualitas SDM," jelasnya lewat diskusi daring, Senin, (17/8).
Dia pun mengungkapkan bahwa saat Presiden Jokowi memintanya pulang kembali dan menjabat sebagai Menteri Keuangan merupakan suatu panggilan yang terhormat dan sekaligus menjadi amanah yang perlu dijaga dengan baik.
Menurutnya, pengabdian kepada Negara menjadi prioritas yang perlu dipenuhi oleh setiap warga, khususnya dirinya sendiri.
"Seolah-olah jabatan menteri Keuangan dibandingkan Bank Dunia itu lebih enakan di sana tetapi kalau orang kerja itu kan tidak cari enak dan tidak enak," jelasnya.
Baca Juga
Sri Mulyani juga mengatakan almarhum orang tuanya juga pasti akan mendukung keputusan untuk menerima penunjukkan presiden Jokowi sebagai menteri keuangan Indonesia.
Dia pun menceritakan pertemuannya dengan Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi dalam sebuah seminar di Surakarta, 22 tahun lalu.
Dalam acara seminar tersebut, Sri Mulyani diundang sebagai pembicara dari Universitas Indonesia bersama pengusaha Jaya Suprana. Dia mengungkapkan bahwa di waktu tersebut dirinya baru saja menjadi pengajar dan menjabat sebagai ketua lembaga penelitian.
Sedangkan, Jokowi merupakan eksportir furnitur yang menjadi pengundang narasumber sekaligus sponsor acara. Adapun gelar wicara tersebut membahas seputar kebangkitan dunia usaha di masa krisis 1998.
"Orang yang jadi panitia [seminar] meneruskan foto [kepada saya]. Di foto itu, waktu itu, wajahnya enggak seperti Pak Jokowi," ujarnya.
Dia menyebut, Jokowi merupakan sosok pengusaha yang mampu melihat kesempatan emas dibalik krisis, sebagai roda untuk menggenjot bisnisnya ke arah yang lebih jauh.
"Ketika rupiah collapse dari Rp2.350 menjadi Rp16.000 per dolar Amerika, pengusaha furniture pendapatannya melonjak enam kali lipat. Beliau [Jokowi] langsung ekspansi pabrik tiga kali," jelasnya.
Sri pun berharap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendapatkan pandangan untuk melihat peluang dari masa krisis saat ini, sehingga tidak hanya dapat bertahan melainkan dapat bertumbuh.
"Cerita itu intinya harapan dan cara kita bersikap [di masa krisis]. Saya sampaikan, 22 tahun can change your life totally," ungkapnya.