Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Amerika Serikat meningkat di atas perkiraan pada bulan Juli, menyusul lonjakan harga otomotif dan pakaian. Namun, inflasi secara luas masih landai diredam karena pandemi menekan permintaan.
Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja, indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) meningkat 0,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/mom), lebih tinggi dibandingkan konsensus Bloomberg, sebesar 0,3 persen.
Dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), CPI menguat 1 persen, setelah naik 0,6 persen (yoy) pada bulan Juni.
Sementara itu, CPI inti, yang termasuk biaya makanan dan bahan bakar volatil dan dipandang oleh pembuat kebijakan sebagai pengukur tren harga yang lebih andal, naik 0,6 persen (mom). Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, inflasi inti naik 1,6 persen.
Kenaikan indeks harga konsumen mencerminkan rebound permintaan barang dan jasa dari tekanan akibat lockdown yang dipicu pandemi awal tahun ini.
Pada saat yang sama, Federal Reserve memandang ancaman terhadap inflasi mulai mereda dan berharap untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol di masa mendatang
Baca Juga
Di sisi lain, investor obligasi pemerintah mengisyaratkan mereka mengharapkan laju kenaikan harga di tengah stimulus moneter yang terus digelontorkan.
Kenaikan CPI bulan Juli antara lain disumbang oleh harga pakaian yang naik 1,1 persen. sementara itu, harga mobil bekas naik 2,3 persen, terbesar sejak awal 2010. Kendaraan baru juga naik 0,8 persen.
Adapun, biaya asuransi mobil membukukan rekor kenaikan bulanan sebesar 9,3 persen.
Biaya bahan makanan turun 1,1 persen dari bulan sebelumnya, penurunan pertama dalam hampir setahun. Hal ini memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen yang menghadapi kenaikan harga makanan saat berlindung di rumah.